Setoples Uang Receh dan Perjuangan Hidup

Setoples Uang Receh dan Perjuangan Hidup. Receh banget ya judul artikelku, hehe…Meski memang receh dalam arti yang sebenarnya, tapi bagiku tidak. Setoples uang receh itu memiliki nilai nominal tak seberapa. Namun bagiku  berharga banget.

Mengapa? Karena uang receh itu didapatkan seseorang dengan penuh peluh perjuangan. Bukan perjuangan melawan perjajah namun perjuangan dalam menjalani hidupnya.

 

Ya aku lebih sreg menyebutnya: setoples uang receh dan perjuangan hidup. Apa hubungannya? Mau tahu? Yuk simak ya kelanjutan cerita recehku..

Ada Apa Dibalik Setoples Uang Receh tu?

Sepuluh tahun lalu, aku masih ingat saat menerima tas kresek berisi sesuatu. Kuterima dari suamiku sepulang dari rumah mertuaku. Saat kutanya, suamiku menjawab kalau itu uang receh milik Bik Umi.

Saat itu baru sepekan Bik Umi meninggal tanpa ada yang melihatnya. Almarhumah adalah adik ibu mertua yang hidup sendiri. Bik Umi memang tidak pernah menikah hingga akhir hayatnya. Entah kenapa.

Menurutku sih mungkin Bik Umi minder karena cacat sejak lahir yakni bisu dan tuli. Sehingga Bik Umi lebih fokus pada “pekerjaan” nya sebagai pembuat sapu lidi. Padahal semua kebutuhan hidupnya ditanggung oleh ibu mertuaku lho…

Satu yang aku salut dengan  Bik Umi, dengan segala keterbatasannya dia tetap berjuang dan tak mau berpangku tangan. Nah uang recehan pecahan 100 rupiah itulah tabungan milik Bik Umi.

Ketika aku menerima setoples uang receh keluaran tahun 1973 itu, aku terhenyak. Aku membayangkan dari tahun berapa Bik Umi mengumpulkannya? Padahal sepuluh tahun lalu kan uang nominal 100 rupiah sudah jarang buat transaksi?

 

Di dalam recehan uang 100 rupiah yang kini hampir setengah abad usianya, aku yakin mempunyai nilai perjuangan. Perjuangan dari tiap lidi-lidi yang dibersihkan Bik Umi dari daun kelapa, kemudian dikumpulkannya hingga berbentuk sapu.

Membayangkan perjuangan yang demikian penuh kesabaran, aku jadi sayang pada uang receh itu. Disamping umurnya hampir sama denganku juga mengingatkan sosok Bik Umi yang tegar.

Pernah aku iseng mengupload uang receh itu ke facebook. Aku bilang,  punya uang receh setoples. Ehh banyak yang komen ingin membelinya. Bahkan ada yang inbox akan dibeli semua dengan harga yang menggiurkan.

Dengan halus aku bilang tak akan menjualnya. Sebab setoples uang receh itu mengandung perjuangan almarhumah Bik Umi. Biarlah recehan itu menjadi saksi tentang gigihnya Bik Umi mengumpulkan recehan. Ada perjuangan dan sejarah yang melekat dalam uang receh itu. Menurutku begitu…

Antara Sejarah dan Perjuangan

Ceritaku tentang setoples uang receh itu terulik karena obrolan Teh Ani Berta dan Kang Asep Kambali lho. Iya bener Jumat malam lalu (28/8) aku ikutan IG live yang bertema tentang sejarah.

 

Nara sumbernya seorang sejarawan yang menurut Teh Ani, bukan kaleng-kaleng. Hehe…Teh Ani bisa aja yaa…Narsumnya berarti seorang sejarawan yang memang diakui keprofesionalannya dari segi ilmu serta pengalamannya.

Kalau aku sih percaya sama Teh Ani Berta yang sudah kukenal 2 tahun lalu. Totalitas deh kalau untuk urusan sharing ilmu. Banyak banget yang aku dapat dari ibu seorang putri bernama Sekar ini.

Begitu ditawari acara bermuatan ilmu ya aku oke aja. Free lagi. Mana ada jaman now tebar-tebar ilmu gratis? Nah jadilah malam itu aku siap di channel IG Live Teh Ani. Yes…

Di acara ngobrol itu, menurut narsum Kang Asep, seseorang saat berada disuatu tempat harus memahami budaya dan sejarah setempat. Mengapa? Karena penting sekali memahami agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Dicontohkan, saat dirinya berada di sebuah kota di luar Jawa, ada budaya bila berbicara dengan orang yang lebih tua, harus menatap mata lawan bicara. Sebaliknya bila di Jawa, seseorang bila diajak bicara oleh orang yang lebih tua harus menunduk.

Kedua perbedaan budaya itu harus dipahami dan dimengerti. Karena tiap-tiap daerah, kata Kang Asep, memiliki perbedaan dan ciri khas sendiri-sendiri. Namun ada hal yang bisa menyatukan pemahaman yakni mata uang.

Dikatakan, mata uang selain sebagai alat transaksi juga sebagai simbol kedaulatan negara lho. Dan itu terkait erat dengan sejarah sebuah negara. Apa hubungannya ya?

Ternyata ada pada gambar tokoh pada setiap lembaran atau pecahan uang.  seperti Indonesia untuk bisa berada pada gambar uang, hanya pahlawan nasional dan mantan presiden serta wakil presiden yang sudah wafat.

Aku baru tahu info tentang ini. Halo kemana saja aku, hehe. Jadi, lanjut Kang Asep, memang hanya tokoh yang betul-betul memiliki jasa untuk kemerdekaan negara ini yang fotonya bisa ada di lembaran uang kita.

Di Indonesia tercatat 183 orang sebagai pahlawan nasional. Padahal banyak sekali orang yang berjuang untuk kemerdekaan RI. Tapi memang butuh prosedur untuk itu. Jadi sebagai masyarakat Indonesia kita harus mensyukuri, memperteguh dan mengisi kemerdekaan yang diperoleh dengan perjuangan.

Singkatnya Waktu, Tak Cukup Bicara Sejarah

Well bicara sejarah terkait erat dengan banyak hal ya. Sayangnya waktu ngelive terbatas cuma 60 menit. Intinya sih malam itu banyak info tentang sejarah, perjuangan dan tentang perjalanan uang dari tahun ke tahun.

Disinggung pula oleh Kang Asep tentang UPK Rp 75.000 yang hanya dicetak terbatas. Kalau gak salah hanya Rp 75 juta. UPK 75.000 merupakan ungkapan rasa syukur dan bahagia atas kemerdekaan RI yang ke-75.

 

Jadi tambah yakin sama kata Teh Ani Berta, Kang Asep bukan narsum kaleng-kaleng. Dari acara live IG ternyata Kang Asep adalah salah seorang yang berperan dalam penerbitan UPK 75.000 bersama Bank Indonesia dan Kemenkeu.

Keren ya…Belum puas dapat ilmu, waktu sudah meluncur ke pukul 21.00. Jadi selesai deh acara sharing bersama dua orang yang expert ini.

Usai acara dalam benak tergelitik untuk menulis sejarah apapun. Karena sebenarnya sejarah bukan terhubung dengan masa lalu, tapi juga kini dan masa depan.

Dan aku jadi ingat setoples uang receh dan perjuangan hidup Bik Umi. Recehan itu bukti kegigihan masa lalu Bik Umi. Kini bukti perjuangan hidupnya kusimpan rapi dan tetap akan kusimpan untuk masa mendatang.

Kelak akan kuceritakan juga pada anak cucuku tentang perjuangan seorang nenek mereka yang gigih! Bukankah itu juga masuk dalam sejarah keluarga kami?

Insya Allah…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *