Sepotong Hati Tertinggal di Sembalun Lombok. Hai travellers semua….Kalau baca kata Sembalun, ingatan kalian langsung ingat apa ya? Sebuah view indah tentang gunung purba, ingat Rinjani atau ingat Lombok yang eksotik? Waww… Ketiganya bener semua yaa…
Nah medio Febuari lalu atau tepatnya tanggal 17, aku dan teman-teman blogger dari Lombok, Lumajang, Kendal dan Lamongan sepakat untuk ke Wisata Pusuk Sembalun. Ini adalah tujuan terakhirku sebelum aku pulang ke Malang. Kalau teman yang lainnya masih stay beberapa hari di Lombok.
Eh iya ada blogger dari Jakarta juga tapi sudah pulang sehari sebelum kami ke Sembalun. FYI, kami dah disini sejak tanggal 13 Febuari 2020.. (tempat wisata lainnya yang kami kunjungi nanti di artikel tersendiri, menyusul ya…)
Sesuai kesepakatan, karena Sembalun berjarak sekitar 90 km dari rumah singgah di Mataram, kami tentukan pukul 06.00 harus berangkat. Kami berlima rencana naik tiga motor sewa. Dua motor berboncengan dan satu motor dikendarai satu orang.
Tapi rencana tinggal rencana. What happened? Kami berangkatnya baru pukul 09.00 WITA. Waduhhh…ternyata salah satu diantara kami ada yang punya hobi molorrr…juga lelet. Hobi gini kok ya dipelihara ya, hehe.. Padahal teman ini sudah dibangunkan lebih awal. Ya sudah…karena kami satu tim, jadi ya tetap kami berempat menunggunya.
Kesel? Hmm gimana ya.. kan dari awal sebelum keberangkaan sudah diwanti-wanti untuk on time. Biar kami bisa mendatangi banyak tempat wisata. Liburan kami, terutama aku dan Mba Malica (dari Lamongan) liburannya liburan singkat. Karena harus ninggal keluarga, terutama anak-anak kami.
Tapi sudahlah…kami anggap itu tantangan juga rintangan. Hihi…ya ini jadi semacam seni liburan bersama, ada aja batu sandungnya. Ya kan? Hehe…
Sepanjang Jalan Disuguhi Hutan Hijau Alami
Orang bilang Indonesia negeri yang indah. Indonesia negeri yang kaya dengan hutan-hutan alami. Aku setuju banget. Dan aku akan bilang sangat rugi kalau teman-teman belum pernah piknik menikmati alam Indonesia yang wowww…
So… akhirnya kami berlima berangkat dari Mataram ke Sembalun. Lumayan lho jarak tempuhnya kurang lebih tiga jam. Dengan kecepatan yang menurutku sedang sih. Kalau ngebut mungkin bisa 2,5 jam ya…Hehe…
Perjalanan wisata ke Sembalun ini menurutku bikin dag dig dug. Kenapa? Karena ini hari terakhir aku dan Mba Malica berada di Lombok. Kalau waktu pulang dari Sembalun meleset alias molor, jelas berpengaruh pada jadwal kepulangan kami. Bisa-bisa ketinggalan pesawat, dong, hehe…(nanti teman-teman akan tahu, kami berdua ketinggalan pesawat apa gak ya?)
Baca juga: menjejak langkah di wisata gunung kelud
Kami melewati rute dari Mataram ke Sembalun melalui Desa Aikmel, Lombok Timur. Wuihhh jangan tanya ya gimana perjalanan kami. Asikk dan tak habis aku berucap syukur bisa menikmati ciptaanNya. Pastinya indah dan menyenangkan, walau sempat diiringi gerimis tapi kami tetap melaju.
Setelah melewati beberapa desa, kami mulai memasuki area berhawa sejuk. Suhunya kira-kira antara 7-12 derajat Celcius. Beruntung kami pakai jaket yang lumayan tebal.
Jalannya semakin lama semakin meliuk dan menanjak. Tapi untungnya jalan yang dilalui mulus karena berhotmix. Sepanjang jalan, sisi kanan kiri yang ada hutan hijau. Masih rimbun dan terasa alami banget. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang hari itu.
Aku yang dibonceng Mas Bima (blogger Lumajang) pas berangkatnya, tak membuang waktu untuk jeprat-jepret cantik. Aku hanya bisa berdecak kagum sama hutan yang menghijau banget. Sampai gak sadar memori hp-ku full, padahal belum tiba di tujuan utama Wisata Pucuk Sembalun. Duh…
Setelah menempuh perjalanan tiga jam sampailah kami di area wisata Pucuk Sembalun. Kami disambut hujan yang lumayan deras. Jadi kami menepi di warung kopi yang banyak berjejer di lokasi tersebut. Selanjutnya bisa ditebak dong, kami berlima ngupi-ngupi sambil menunggu hujan reda. Sekitar Sembalun tampah putih berkabut tebal. Dingin menggigit kulit.
Sembalun Menyapaku Dengan Keindahannya
Wisata Pusuk Sembalun berada di kaki Gunung Rinjani dengan ketinggian 1250 MDPL. Sembalun masuk wilayah Lombok Timur yang berlokasi 40 Km utara Selong. Sedangkan Selong adalah ibukota Lombok Timur.
Untuk menuju Sembalun sebenarnya ada 2 rute yakni yang kami lewati via Desa Aikmel. Rute lainnya melalui desa-desa di Kecamatan Tanjung yang berjarak 113 Km dari Mataram. Nah dari 2 rute tersebut merupakan jalur pendakian Gunung Rinjani.
Baca juga: aksi darling penanaman cemara gunung di kawah ijen
Ehh jadi ingat…dulu aku pernah punya keinginan nanjak ke Rinjani lho. Tapi rasanya dengan usiaku yang setahun lagi setengah abad, gak mungkin kuat yaa… Jadi sebagai obat penawar keinginan itu, cukup sampai Sembalun saja. Sudah cukup puas. Alhamdulillah yaa…
Btw…habis ngupi-ngupi dan nge-mie di warung, tak lama hujan berhenti. Woww ..keindahan Sembalun langsung tampak. Dataran tinggi berbentuk kerucut menghijau menggoda pandangan kami.
Kami semua semburat keluar warung. Memandang takjub ciptaan Allah. Duh Gusti benar-benar kuasaMU tak terpungkiri. Lekukan gunung sangat eksotis. Begitu nyata di depan kami. Aduh kok sulit buat menjelaskan ya…
Auto aku narsis dong. Aku yang tadi sempat hapus foto-foto lama, bisa ambil beberapa spot Sembalun. Giliran pengen foto lebih banyak, gak bisa! Duh penuh lagi memori hp-ku. Jadinya ya minta tolong Mas Zain (blogger Kendal) yang bawa kamera. Jeprat jepretnya gantian. Begitulah seharusnya tim, hihi…Saling support dan saling membantu kan?
Kami bertiga (aku, Mba Malica dan Mas Zain) sepuasnya narsis. Berlatar gunung, beraksi di jalan yang sepi hingga bergaya dengan kain khas Lombok. Hmm…aku lihat hasilnya bagus. Cakeppp dehh…cakep latarnya, hihi…(Sayangnya sampai artikel ini publish, foto-foto cakep itu belum satupun dikirim Mas Zain buat kami. Jadi foto yang ada aja yaa…)
Puas foto-foto berlatar gunung, kami bertiga bergeser ke spot gardu pandang. Disini kami membayar 5K per orang. Ehh ternyata Mas Ilham dan Mas Bima lagi asyik hunting foto. Aku ikutan juga secara hp ku full.
Dari gardu pandang ini terlihat dari jauh Desa Sembalun Bumbung yang terkenal itu. Aduhhh… sayangnya waktu mepet jadi kami tak sempat menuju kesana. Cukup berfoto berlatar desa yang kelihatan dari kejauhan. Ya difoto hp Mas Bima dan Mas Ilham, juga kamera Mas Zain. Foto bareng juga pastinya. Buat kenang-kenangan.
Sepotong Hati Tertinggal di Sembalun
Sebenarnya aku belum puas sih di Sembalun, berhubung waktu sudah pukul 15.00 mau tak mau kami harus pulang. Pesawat schedule terbang pukul 19.00. Jangan sampai tertinggal ahhh…Hehe…
Dari Sembalun aku dibonceng Mas Ilham. Mahasiswa asal Lombok yang kuliah di Jember ini ancang-ancang waktu. Paling tidak ada space waktu agar aku bisa mampir di rumah singgah untuk mengambil ransel. Kemudian langsung menuju ke bandara. (beruntung aku sudah packing semua, jadi beres…)
Sepanjang perjalanan pulang dari Sembalun menuju Mataram, aku tak konsen. Tapi aku percaya teman-teman pasti bisa mengatasi waktu. Entah ngebut atau ngebut sekali aku sudah tak peduli. Yang penting selamat sampai tujuan dan tak tertinggal pesawat.
Alhamdulillah tiba di Mataram pukul 17.45. Ambil ransel dan pamitan sama Mamak dan Bapak, cuz deh ke bandara. Tahu gak bandaranya lumayan jauh ditempuh 30 menitan. Dan bersyukurlah aku dan Mba Malica tiba dengan selamat di Bandara Zainuddin Abdul Madjid Praya Lombok. Kami berdua diantar Mas Ilham dan Mas Bima.
Beruntungnya lagi pesawat delay satu jam. Andai tak delay, kami pasti ketinggalan pesawat. Hihi…delay yanf mengandung Alhamdulillah bagi kami…
“Begitulah skenario Allah yang tak disangka-sangka. Demi melihat ciptaanMU, kami berani bertaruh waktu”
Ya Allah terima kasih untuk semua kebaikanMU. Rasanya belum puas menatap Rinjani dari Sembalun, tapi berkahMU tetap aku rasakan. Liburan ke Lombok berkesan. Meski sepotong hatiku masih tertinggal di Sembalun. Insha Allah kapan-kapan balik lagi untuk mengambil potongan hatiku…
Promise: Oneday I will come back to Sembalun