Puas , Jelajah Coban Keren di Malang

Apa yang tersirat dalam benak emak, kalau mendengar Kota Malang? Sebuah kota wisata yang adem?  Atau jadi ingat apel dan pantai? Semua itu betul Maakk,  tapi selain yang emak ingat itu,  masih ada lho tempat yang super duper menarik. Apa tuh?  Ya coban atau air terjun yang ada di Malang. Keren juga lho cobannya. Gak percaya?  Yukk ada 5 coban keren yang saya tulis dibawah ini yaa…

Tapi sebelumnya maakk, saya mau tanya nih…Menurut emak kalau menyoal tentang coban atau air terjun, kayanya butuh waktu lama. Setuju gak? Kalau menurut saya sih nggak. Malah di Malang ada lho dengan waktu 5 jam bisa menikmati indahnya lima coban di Jabung Malang. Coban apa saja ya, penasaran gak makk ?

Berbaur dengan hijaunya alam  (dok.pri)

Lima coban yang dimaksud terletak di desa Ngadirejo, sekitar 25 KM arah timur Kota Malang. Untuk menuju kesana kita bisa menempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Titik utamanya sebagai pintu adalah area Coban Jahe.  HTM 10 ribu dengan membayar parkir 5 ribu.

Btw…kelima coban itu bisa membawa kita pada petualangan  menakjubkan lho. Selain coban tersebut luar biasa juga mempunyai nama unik dan cerita dibaliknya. Apa dan bagaimana, simak ya…

1. Coban Susuh

Lokasinya masuk dari loket Coban Jahe kemudian menuju  Coban Susuh. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit saja kok.  Untuk menuju kesana, kita harus melewati kebun penduduk sekitar.  Awalnya masih jalan datar saja,  tapi semakin lama agak nanjak tiba di wilayah hutan.

Coban Susuh lokasinya berada disekitar hutan yang masuk wilayah  Ngadirejo. Dari cerita yang berkembang, di lokasi hutan inilah tempat persembunyian penduduk dan pejuang yang dulu melawan penjajah. Dalam Bahasa Jawa, Susuh itu berarti tempat tinggal sementara.  Karema coban berada disekitar hutan  yang tempat persembunyian itu,  sehingga orang menyebutnya sebagai Coban Susuh.

Coban Susuh (dok.pri) Akar pohon berlumut untuk narsis (dok.pri)

Coban Susuh debit airnya lumayan besar dan berair bening. Disisi kanna kirinya terdapat tebing yang cukup tinggi.  Bahkan disekitarnya terdapat akar pohon yang panjang dan berlumut.  Akar tersebut menjadi spot untuk bernarsis oleh para pengunjung.

2. Coban Kodok

Lucu ya namanya, Coban Kodok dari Coban Susuh akan melewati hutan juga dan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.  Selain itu juga menyusuri jalan disepanjang sungai yang tak dalam dan berair bening.

Coban Kodok secara fisik lebih tinggi dari Coban Susuh. Airnya deras sehingga membuat percikan seperti air hujan. Saking derasnya, pandangan dibawah coban seperti berkabut.

Menyusuri Sungai (dok.pri)

Coban Kodok (dok.pri)

Kenapa disebut Cobam Kodok?  Konon menurut seorang warga yang juga menjadi guide yakni Maul,  coban tersebut ada sejarahnya.  Dulu saat jaman perang banyak kodok yang hidup di sekitar coban. Kodok-kodok tersebut menjadi santapan para pejuang dan tentara yang bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Mungkin terpaksa  memakan kodok ya karena tidak ada yang dimakan. Bermula  dari itulah coban tersebut dinamakan Coban Kodok.

3. Coban Sari

Coban Sari adalah titik pertemuan antara Coban Susuh dan Coban Kodok.  Airnya jernih dan memiliki area yang datar dibanding dua coban sebelumnya.  Tingginya kurang lebih 8 meter. Ditempuh dari Coban Kodok kurang lebih 60 menit

Coban Sari (dok.pri) Usai sholat dhuhur buka bekal maksi bareng  (dok.pri)

Karena sekitar area coban terlihat nyaman buat istirahat, maka penduduk setempat menyebutnya Coban Sari.  Di tempat inilah pengunjung juga bisa menikmati air terjun dan bisa melaksanakan sholat dan makan siang.

4. Coban Tangkil

Untuk menuju Coban Tangkil akan melewati dataran tinggi dan jalan menurun. Menyusuri jalan setapak ditengah perkebunan kopi hutan yang ditanam oleh penduduk. Lumayan jauh dari Coban Sari menempuh waktu sekitar 90 menit. Lumayan berkeringat pemirsah…

Jalan nanjak bekas longsoran (dok.pri)

Oya pada masyarakat Jawa,  Tangkil dikenal sebagai alat pertanian berupa cangkul tapi berukuran kecil.  Nah menurut penduduk setempat,  kenapa coban itu dinamakan Coban Tangkil? Konon kabarnya,  dulu disekitar coban tersebut pernah ditemukan sebuah peti lumayan besar. Tentu saja penemuan itu menghebohkan penduduk setempat.

Coban Tangkil (dok.pri)

Oleh penduduk peti itu keemudian dibuka. Dan ternyata berisi cangkul kecil dalam jumlah banyak. Entah milik siapa hingga kini pun tidak ada yang mengetahuinya.  Berdasarkan cerita tersebut akhirnya coban tempat ditemukan tangkil dinamakan Coban Tangkil.

Coban Tangkil tingginya sekitar 20 meter. Namun saat kemarau debit airnya kecil.  Disekitar coban banyak bebatuan berukuran besar.  Sehingga para pengunjung memanfaatkannya untuk pepotoan berlatar coban.

5. Coban Ani-ani

Dari coban sebelumnya,  Coban Ani-ani paling anti mainstream.  Selain harus melewati hutan, menyebrang sungai yang licin juga melewati celah batu untuk mencapai coban.

Jadi pengunjung harus memilih tiga jalur yakni jalan naik memutar, nyemplung sungai dengan bantuan licin atau via celah batu.  Semua tergantung dari kesiapan dan keberanian masing-masing. Kalau saya memilih nyemplung sungai dengan kedalaman sepinggang atau semeter lebih. Batu di dalam sungai super licin jadi harus berpegangan tali yang diulurkan oleh teman yang lebih dulu sampai. Dan kembalinya melewati celah batu besar yang hanya cukup untuk seukuran body seseorang, Beruntung ukuran tubuh saya bisa dikempesin dikit jadi bisa lolos lewat lubang batu. (dikempesin, hehe…balon kalee…)

Celah batu menuju Coban Ani-ani (dok.pri)

Coban Ani-ani  (dok.pri)

Kalau Coban Ani-ani ini juga kisahnya mirip Coban Tangkil.  Bedanya di coban ini dulu ditemukan alat pertanian berupa ani-ani atau alat pemotong padi. Konon dari cerita yang berkembang coban ini tempat orang bertapa.  Terlihat di belakan curaan air terjun terdapat semacam goa. Disitulah tempat orang bersemedi.

Coban Ani-ani meski untuk menuju coban ini lumayan ekstrim tapi terdapat tanah datar persis di depan coban.  Ditempat itulah pengunjung bisa beristirahat melepas lelah.

Nah itulah makk… kelima nama coban berikut cerita yang berkembang terkait keberadaannya.  Yang pasti kalau emakk ingin berpetualang mencari coban yang tersembunyi di balik bukit, dibutuhlan tenaga ekstra. Persiapan lainnya tentu bekal yang cukup.  Sebab meski mengantongi duit banyak makk, kalau di dalam hutan uang tidak laku karena gak ada mall atau ind*mart. Jadi,  kapan emak akan berpetualang mengunjungi coban-coban tersebut?

#ODOP

#estrilookcommunity

#day11

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *