Menyusuri Indahnya Goa Barat Jatijajar

Gelap dan dingin.  Itulah kesan pertama saat masuk ke Goa Barat Jatijajar Kebumen,  Jawa Tengah. Goa yang membetot perhatian saya kini berada di depan mata.  “Bermain” di perut bumi dengan penerangan minim–hanya dari headlamp dan senter–sungguh melahirkan sensasi yang luar biasa.

Bersama RM atau Rainbow Moms (komunitas ibu-ibu penyuka travelling asal Jakarta) saya menikmati dinginnya air sungai bawah tanah. Menyusuri goa atau biasa disebut Caving, kami harus memakai peralatan standar. Alat itu seperti helm, sepatu karet, jaket pelampung dan kaos tangan. Termasuk headlamp sebagai penerangan wajib dIlengkapi.

Sebelumnya  guide memberi briefing agar pengunjung mematuhi peraturan seperti tidak diperkenankan merusak pipa-pipa air. Pipa tersebut adalah pipa air dari sumber mata air yg digunakan untuk penduduk sekitar. Juga diingatkan para peserta untuk tidak memisahkan diri tetap dalam formasi kelompok.

Usai berdoa kami mulai menapak jalan yang agak menanjak. Tapi kami tetap semangat. Sekitar 10 menit kami tiba di mulut goa. Gelap pasti. Seorang guide yamg membawa penerangan  masuk terlebihi dahulu. Selanjutnya kami mengikuti langkahnya menuruni jalan tanah basah.

Selang 15 menit kemudian  kami mulai menyusuri sungai dalam goa. Instruksi dari guide kami hanya diperbolehkan untuk jalan dipinggir. Dengan berpegangan batuan kami terus berjalan menyibak air sungai. Air beningnya tampak kemilau terkena sinar lampu.

Wooowww….luar biasa…banyak stalagmit dan stalagtit menghias langit dan dinding goa. Bentuknya tak beraturan dengan kelancipan yang beragam. Sungguh membuat mata ini takjub. Bahwa nun di perut bumi ada spot keren yang tersembunyi.

Begitu menikmati penyusuran ini sampai tak punya  pikiran kalau wisata caving ini lumayan beresiko. Seperti adanya binatang melata atau tiba-tiba ada kiriman air dari atas, kemana kami harus berlindung? Padahal sehari sebelumnya kami nanjak ke bukit Sikunir di kawasan Dieng. Begitu kami turun hujan deras dan ada sebagian yang longsor. Saat itu kami hanya berucap terima kasih ya Allah. Kami terlindungi olehMU…

Semakin jauh kami menyusuri sungai, airpun smakin dalam. Kami saling berpegang tangan, sesekali juga berpegang pada tali yang adavdi dinding goa. Sekali waktu pada kedalaman yang melebihi tinggi badan, saya merasa seperti terjerembab dalam air. Pastilah merasa seperti tenggelam. Berkat memakai pelampung jadi bisa meraih tangan seorang teman. Alhamdulillah….

Pengalaman yang tak terlupakan. Kami terus melanjutkan penyusuran sampai ke air terjun dalam goa. Konon dalam goa Barat ini banyak terdapat air terjun. Bahkan ada yang tingginya hingga 32 meter.

Setelah berkecipak dengan air selama 2 jam sampailah kami di air terjun. Tak begitu tinggi  tapi luar biasa cantik. Bahkan diantara kami ada yang narsis dibawah guyuran air terjun. Sesaat kami melupakan perjalanan yang penuh sensasi.

Kami sepakat tidak  melanjutkan penyusuran  ke air terjun yang tinggi. Untuk mencapai kesana masih  membutuhkan  waktu 2 jam lagi. Selain kami sudah kelelahan juga waktu yang tidak memungkinkan. Usai bernarsis kami kembali menyusurian alam goa menuju titik awal keberangkatan.

Kembali dengan rasa syukur bahwa masih diberi kesempatan oleh Allah untuk melongok keindahan alamNYA. Entah kapan lagi bisa caving. Suatu saat nanti bila ada umur panjang,  kami bakal kembali untuk melihat air terjun setinggi 32 meter di perut Bumi-MU…Insha Allah…

Leave a Comment