Melihat Tradisi Petik Kopi dan Perkawinan Sri Joko Gondel. Hari masih pagi benar saat saya menuju meeting point di Hotel Tugu Malang. Di undangan tertera waktu ngumpul pukul 04.30 WIB. Masih gelap suasana Malang, jadi saya mengulur waktu hingga pukul 05.00 untuk meluncur ke hotel yang berlokasi tepat di barat alun-alun Tugu.
Pagi itu bersama beberapa rekan media, kami akan mengikuti prosesi panen atau Petik Kopi di Perkebunan Sengon, Blitar. Perkebunan tersebut milik owner Hotel Tugu, hotel yang masuk bangunan cagar budaya. Wah saya sebagai blogger newbi pastilah merasa senang diundang untuk menyaksikan secara langsung tradisi petik kopi. Usai breakfast nasi pecel dan segala lauk di resto hotel, tepat pukul 06.00 kami berangkat menuju lokasi perkebunan.
Foto bareng blogger dan media (dok.pri)
Memakan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam, kami menyusuri hutan karet di wilayah Wlingi. Jalannya berkelok dan semakin meninggi. Terlihat juga hijaunya pepohonan di kanan kiri jalan yang tak begitu lebar. Sungguh penglihatanku jadi adem melihat semua itu. Hingga kami tiba di tempat berlangsungnya prosesi upacara petik kopi di Perkebunan Sengon (17/7). Perkebunan yang berlokasi di Ngadirenggo, Wlingi – Blitar ini berhawa sejuk karena berada di lereng Gunung Kelud.
Petik Kopi, Tradisi Penghormatan Leluhur
Saat kami tiba, warga desa beserta pihak perkebunan sudah berkumpul untuk menghadiri acara petik kopi. Upacara Petik Kopi tersebut diawali dengan ritual selamatan di Punden Mbah Gandul Sengon III, dilanjutkan ritual di Punden Selo Tumpak Sengon I.
Baca juga: menikmati eksotisnya pantai papuma jember
Dalam ritual itu warga mengirim doa yang dipimpin oleh pemuka agama Islam. Selain itu diadakan juga ritual doa secara Hindu yang dipimpin oleh Bedande. Tujuannya satu yakni untuk menghormati para leluhur Perkebunan Sengon.
Kirim doa pada para leluhur (dok.pri)Kirim doa kepada para leluhur (dok.pri)
Sebelum prosesi upacara ada tampilan Tari Petik Kopi yang dibawakan oleh ibu-ibu. Mereka dalam keseharian memang menjadi buruh pemetik kopi. Tarian Petik Kopi menceritakan para pemetik kopi yang bersuka ria dalam melakukan aktivitasnya. Tampilan lain ada tari Barongan yang mengiringi dukun manten yang membawa bokor kencono berisi kopi yang baru dipetik. Selanjutnya bokor digendong menuju pabrik diiringi tarian Petik Kopi dan tamu undangan untuk pertukaran kembang mayang.
Penari Petik Kopi (dok.pri)
Ritual Perkawinan Sri dan Joko Gondel
Ritual Petik Kopi dari 4 penjuru mata angin di depan Loji dipimpin oleh dukun manten. Perjalanan menuju pintu masuk pabrik dikawal Anoman sebagai cucuk laku. Bersama dukun manten yang akan menikahkan Joko Gondel dan Sri Gondel (“tokoh” yang melambangkan putik dan benang sari kopi). Keduanya memainkan peran penting dalam ritual memetik kopi sejak tahun 1870.
Dukun manten membawa bokor (dok.pri)Anoman sebagai Cucuk Laku (dok.pri)
Joko Gondel dan Sri Gondel adalah buah kopi utama dari Perkebunan Kopi Kawisari dan Sengon. Penduduk percaya bahwa buah dari perkebunan kopi yang terbentuk dari pernikahan antara Joko dan Sri Gondel melambangkan pembuahan kopi yang bisa menghasilkan kopi berkualitas.
Bokor berisi kopi (dok.pri)
Selama perjalanan kembar mayang dari pintu masuk pabrik menuju tempat timbang kopi, diiringi musik dan penari jaranan. Warga dan semua undangan pun turut larut dalam suasana khidmat. Hingga peletakan bokor kencono di Gerbusan (kamar manten).
Menuju Gerbus (dok.pri)Sri dan Joko Gondel dipertemukan di Gerbus (dok.pri)
Ritual berakhir di Babah Coffe untuk melakukan permohonan restu pada para leluhur pendiri Perkebunan Sengon agar produksi kopi, cengkeh dan karet dengan hasil yang baik serta terjual dengan harga baik pula. Dilanjutkan selamatan kenduri di gudang pabrik dan semua menikmati hidangan bersama-sama. Tampak guyup dan rukun antara warga, undangan dan pihak perkebunan.
Babah Coffee (dok.pri)Makan bareng nasi kenduri bersama Owner (dok.pri)
Keliling Pabrik Kopi
Waktu menunjuk pukul 11. 45 saat prosesi upacara petik kopi berakhir. Oya aktivitas panen kopi itu yang berlangsung mulai bulan Juli hingga Oktober. Rasanya saya kagum dan beruntung bisa melihat acara tersebut secara langsung. Menurut Ibu Widya (owner hotel Tugu dan perkebunan kopi), acara prosesi petik kopi sudah menjadi tradisi budaya sejak dulu dan hingga sekarang masih dipertahankan.
Baca juga : menikmati eksotisnya pantai papuma jember
Kami juga diberi kesempatan untuk mengelilingi pabrik kopi. Mulai dari ruang timbangan, bak konus atau perambangan, pulper, ruang washer, mason dryer, penyimpanan HS kering, gerbus/huler hingga sortasi dan gudang penyimpanan kopi.
Gudang penyimpanan kopi (dok.pri)
Ada tempat yang menarik perhatian saya yakni di Babah Coffee. Disana terdapat banyak pernik-pernik lawas seperti alat-alat dapur jaman dulu. Wah jadi ingat saya saat masih kecil. Semua diletakan dimeja-meja kayu yang usianya juga sudah “renta”.
Perkakas jadul (dok.pri)
Dibagian lain ada mesin turbin yang menurut catatan diproduksi tahun 1916. Dan sampai saat ini masih berfungsi dan digerakkan dengan tenaga air. So… sudah berumur berapa tuh?
Tentang acara selamatan petik kopi pokoknya keren lah. Sekitar pukul 14.00 usai berkeliling pabrik, kami beranjak pulang membawa kesan mendalam dengan acara petik kopi. Btw makasih deh untuk manajemen Hotel Tugu Malang yang memberi kesempatan pada saya untuk melihat dan mengikuti prosesi acara petik kopi di Perkebunan Sengon. Surprise banget!
Banyak kearifan budaya lokal yang baru aku tahu dari blog mb Erny.. Termasuk tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel ini. Duh, Sri nama ibuku lhoo… Tp bapakku bukan Joko Gondel wkwkw..
Senang jadi banyak tahu banyak budaya lokal yg menarik seperti ini di Indonesia
Selalu Menarik
Bila aktifitas warga (petik kopi) di balut dg budaya, apalagi sudah di lakukan turun temurun,
Rasanya ikut merasakan kemistisan 🙂
Setiap budaya Jawa pasti ada filosofi yg sarat dg makna kehidupan, misalnya pada kegiatan petik kopi, semua Makluk hidup harus menikah agar kelangsungan hidup terjaga 🙂
Aku iri padamu mbak..ritual langka seperti ini bisa mbak Erny saksikan sendiri. Wah, pasti seru dan khidmat yaaa
Semoga tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel akan terus lestari, diuri-uri, karena bagaimanapun sarat makna dan bisa diambil banyak filosofinya.
Masya Allah, mbak. Merinding bacanya.
Bangga banget jadi bangsa Indonesia yang punya banyak kearifan budaya lokal.
Salut juga sama owner-nya, masih mau suport dan memberi fasilitas.
Asyik ya Mbak bisa ikut acara seperti ini, bisa lihat ritual petik kopi dan bisa lihat sejarah kopi beserta benda antik untuk proses pembuatan kopi juga, seruuu.
Masya Allah mbak pasti seneng banget ya rasanya bisa turut serta menjadi saksi dalam acara adat kayak gitu. Jadi makin memeprkaya wawasan dan pengetahuan kita juga mengenai kearifan lokal setempat…
Kearifan lokalnya masih kentel banget ya. Seru juga tuh keliling pabrik kopi begitu. Bisa langsung menikmati kopinya juga di sana. Wah jadi pengen mampir nih
Kirain mah nikahannya sesemas dan sesembak. Ternyata teh kopi. Tapi kita memang kaya akan budaya ya. Masih ada yang melestarikan itu benar – benar sesuatu….
Hehehe
Aku baru tahu kalau ada prosesi khusus untuk petik kopi. Ternyata di Indonesia banyak sekali tradisi yang menarik dan harus dilestarikan. Terima kasih mba Erny. Tulisannya menarik sekali ☺️
ini tradisi yang harus dilestarikan, ya mbak? dengan dibuat acara khusus maka tercipta semangat khusus pula untuk memngawali masa panen dan terus berlanjut hingga waktu panen berakhir, demikian seterusnya. Upaca panen pertama seperti menyuntikkan spirit untuk merawat dengan baik pohon-pohon kopi sampai mereka mempersembahkan kopi terbaik nanti
Ternyata Sri dan Joko Gondel itu perkawinan kopi, ya, kirain pernikahan manusia, mba 🙂
Prosesinya bak sepasang pria dan wanita yang menikah, pakai kembar mayang segala hehehee. Luarrr biasa…
Ritualnya ada-ada aja ya. Buat petik kopi aja dibikin ilistrasi pernikahan Joko sama Sri Goendoel. Hasilnya biji kopi pilihan. Siapa ya nama anaknya? 😆
Wah….petik kopi saja harus ada rituale yo Mbak…baru tahu. Event yang keren ini Mbak…selain dapet mengetahui budaya juga jalan-jalan ke perkebunan kopi. Keren banget.
Rute ke perkebunannya lebih enak bawa mobil atau motor ya, Mbak? Kok penasaran dengan wisata petik kopi ini. Harusnya diperkenalkan lebih luas agar setara dengan Kampung Coklat, gitu 🙂
Setahu saya di kebun kopi ini tidak dijadikan wisata seperti Kebun Teh Sirah Kencong yang terletak lebih utara dari perkebunan ini kak. Ya semoga kelak bisa dijadikan wisata edukasi.
HokBen Palangkaraya Akhirnya Hadir di Kalteng. Dunia kuliner di Palangkaraya makin ramai dan beragam. Hepi pastinya, karena sekarang nggak cuma bisa lihat iklannya di medsos...
Bersama, Bergerak, Berdaya, Mencegah Bumi dan Lingkungan Rusak. Kota tempat tinggalku, dikenal orang berhawa sejuk dan segar. Siapapun bakal betah tinggal di kota yang...
Warnanya ngejreng dan sangat menarik. Merah, Ungu, Pink, Hijau, Biru, Oranye dan lainnya membaur. Wuikkk membuat mata saya tak berkedip dan tertegun. Pasalnya baju...
Kue Lapis Tugu Malang, Oleh-oleh yang Kekinuan. Makk pernah gak saat ada acara keluarga, arisan atau pengajian bingung memilih suguhan? Yuup memilih macam kue...
Empat Alasan Kenapa Suka Drama Romantis. Lihat tema tantangan menulis hari kedua, jujur rada bingung. Terkait tentang film atau drama mana yang lebih menarik...
Dunia menulis sebenarnya jauh hari sudah menjadi bagian hidup saya. Bisa dibilang tiada hari tanpa menulis. Maklum saja sebagai mahasiswa program jurnalistik, saya memang...
Cara Menaikkan Domain Authority. Aku baru mengenal dunia blogging belum lama. Itupun tahunya hanya bisa nulis aja untuk menjadi seorang blogger. Eh...ternyata nggak lho....
Banyak kearifan budaya lokal yang baru aku tahu dari blog mb Erny.. Termasuk tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel ini. Duh, Sri nama ibuku lhoo… Tp bapakku bukan Joko Gondel wkwkw..
Senang jadi banyak tahu banyak budaya lokal yg menarik seperti ini di Indonesia
Selalu Menarik
Bila aktifitas warga (petik kopi) di balut dg budaya, apalagi sudah di lakukan turun temurun,
Rasanya ikut merasakan kemistisan 🙂
Setiap budaya Jawa pasti ada filosofi yg sarat dg makna kehidupan, misalnya pada kegiatan petik kopi, semua Makluk hidup harus menikah agar kelangsungan hidup terjaga 🙂
Aku iri padamu mbak..ritual langka seperti ini bisa mbak Erny saksikan sendiri. Wah, pasti seru dan khidmat yaaa
Semoga tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel akan terus lestari, diuri-uri, karena bagaimanapun sarat makna dan bisa diambil banyak filosofinya.
Masya Allah, mbak. Merinding bacanya.
Bangga banget jadi bangsa Indonesia yang punya banyak kearifan budaya lokal.
Salut juga sama owner-nya, masih mau suport dan memberi fasilitas.
Asyik ya Mbak bisa ikut acara seperti ini, bisa lihat ritual petik kopi dan bisa lihat sejarah kopi beserta benda antik untuk proses pembuatan kopi juga, seruuu.
Masya Allah mbak pasti seneng banget ya rasanya bisa turut serta menjadi saksi dalam acara adat kayak gitu. Jadi makin memeprkaya wawasan dan pengetahuan kita juga mengenai kearifan lokal setempat…
Kearifan lokalnya masih kentel banget ya. Seru juga tuh keliling pabrik kopi begitu. Bisa langsung menikmati kopinya juga di sana. Wah jadi pengen mampir nih
Wow, blogger Malang selalu punya acara yang menarik ya, yang berhubungan dengan jearifan lokal, oke banget
Perkakas jadulnya ngangeni,jadi keingat pas kecil, para penjual kuliner selalu memakainya. Kangen oii
Kirain mah nikahannya sesemas dan sesembak. Ternyata teh kopi. Tapi kita memang kaya akan budaya ya. Masih ada yang melestarikan itu benar – benar sesuatu….
Hehehe
Wah, ada acara seperti ini ya, ternyata mengawinkan kopipun ada ritualnya.
waaah pantesan kopi di Hotel Tugu Malang enak ya mbak 🙂 tradisi ini unik sekali, suka liat foto2nya
mbak, tulisannya bagus sekali, menceritakan dengan detil ttg pelestarian budaya leluhur dan perkembangannya hingga kini. terima kasih mb ^^
Aku baru tahu kalau ada prosesi khusus untuk petik kopi. Ternyata di Indonesia banyak sekali tradisi yang menarik dan harus dilestarikan. Terima kasih mba Erny. Tulisannya menarik sekali ☺️
ini tradisi yang harus dilestarikan, ya mbak? dengan dibuat acara khusus maka tercipta semangat khusus pula untuk memngawali masa panen dan terus berlanjut hingga waktu panen berakhir, demikian seterusnya. Upaca panen pertama seperti menyuntikkan spirit untuk merawat dengan baik pohon-pohon kopi sampai mereka mempersembahkan kopi terbaik nanti
Ternyata Sri dan Joko Gondel itu perkawinan kopi, ya, kirain pernikahan manusia, mba 🙂
Prosesinya bak sepasang pria dan wanita yang menikah, pakai kembar mayang segala hehehee. Luarrr biasa…
Wah, baru tahu di Malang ada tradisi saat petik kopi cz kebanyakan pasti saat panen padi. Asyik, ya kalau ke sana.
Ritualnya ada-ada aja ya. Buat petik kopi aja dibikin ilistrasi pernikahan Joko sama Sri Goendoel. Hasilnya biji kopi pilihan. Siapa ya nama anaknya? 😆
Wah .. seru banget bisa jalan² ke kebun kopi. Jadi tahu donk ya proses mulai pemetikan sampai jadi kopi bubuj mbak?
beruntungnya mbak bisa menghadiri acara ini jadi nambah pengetahuan mengenai kearifan lokal termasuk proses petik kopi ini
Wah….petik kopi saja harus ada rituale yo Mbak…baru tahu. Event yang keren ini Mbak…selain dapet mengetahui budaya juga jalan-jalan ke perkebunan kopi. Keren banget.
Kopi aja kawin, masak manusia betah jomblo. Hehe..
Yang dari alam selalu saja membuat kita takjub pada keindahannya. Good job, mbak 👌
Baca cerita Mbak Nyk nih sampe kebayang baunya kopi. Semoga next time bisa ikutan ya mbak
Wah, baru tahu kalau di Wlingi Ada kebun kopi. Setelah itu ngopi juga mbak?
wah keren ada tarian Petik Kopi, menghormati budaya ya 😀
Rute ke perkebunannya lebih enak bawa mobil atau motor ya, Mbak? Kok penasaran dengan wisata petik kopi ini. Harusnya diperkenalkan lebih luas agar setara dengan Kampung Coklat, gitu 🙂
Setahu saya di kebun kopi ini tidak dijadikan wisata seperti Kebun Teh Sirah Kencong yang terletak lebih utara dari perkebunan ini kak. Ya semoga kelak bisa dijadikan wisata edukasi.