Melihat Tradisi Petik Kopi dan Perkawinan Sri-Joko Gondel

27
2172

Melihat Tradisi Petik Kopi dan Perkawinan Sri Joko Gondel. Hari masih pagi benar saat saya menuju meeting point di Hotel Tugu Malang. Di undangan tertera waktu ngumpul pukul 04.30 WIB. Masih gelap suasana Malang, jadi saya mengulur waktu hingga pukul 05.00 untuk meluncur ke hotel yang berlokasi tepat di barat alun-alun Tugu.

Pagi itu bersama beberapa rekan media, kami akan mengikuti prosesi panen atau Petik Kopi  di Perkebunan Sengon, Blitar. Perkebunan tersebut milik owner Hotel Tugu, hotel  yang masuk bangunan cagar budaya. Wah saya sebagai blogger newbi pastilah merasa senang diundang untuk menyaksikan secara langsung tradisi petik kopi. Usai breakfast nasi pecel dan segala lauk di resto hotel, tepat pukul 06.00 kami berangkat menuju lokasi perkebunan.

Foto bareng blogger dan media (dok.pri)

Memakan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam, kami menyusuri hutan karet di wilayah Wlingi. Jalannya berkelok dan semakin meninggi. Terlihat juga hijaunya pepohonan di kanan kiri jalan yang tak begitu lebar. Sungguh penglihatanku jadi adem melihat semua itu. Hingga kami tiba di tempat berlangsungnya prosesi upacara petik kopi di Perkebunan Sengon (17/7). Perkebunan yang berlokasi di Ngadirenggo, Wlingi – Blitar ini berhawa sejuk karena berada di lereng Gunung Kelud.

Petik Kopi, Tradisi Penghormatan Leluhur

Saat kami tiba, warga desa beserta pihak perkebunan sudah berkumpul untuk menghadiri acara petik kopi. Upacara Petik Kopi tersebut diawali dengan ritual selamatan di Punden Mbah Gandul Sengon III, dilanjutkan ritual di Punden Selo Tumpak Sengon I.

Baca juga: menikmati eksotisnya pantai papuma jember

Dalam ritual itu warga mengirim doa yang dipimpin oleh pemuka agama Islam. Selain itu diadakan juga ritual doa secara Hindu yang dipimpin oleh Bedande. Tujuannya satu yakni untuk menghormati para leluhur Perkebunan Sengon.

Kirim doa pada para leluhur (dok.pri)
Kirim doa kepada para leluhur (dok.pri)

Sebelum prosesi upacara ada tampilan Tari Petik Kopi yang dibawakan oleh ibu-ibu. Mereka dalam keseharian memang menjadi buruh pemetik kopi. Tarian Petik Kopi menceritakan para pemetik kopi yang bersuka ria dalam melakukan aktivitasnya. Tampilan lain ada tari Barongan yang mengiringi dukun manten yang membawa bokor kencono berisi kopi yang baru dipetik. Selanjutnya bokor digendong menuju pabrik diiringi tarian Petik Kopi dan tamu undangan untuk pertukaran kembang mayang.

Penari Petik Kopi (dok.pri)

Ritual Perkawinan Sri dan Joko Gondel

Ritual Petik Kopi dari 4 penjuru mata angin di depan Loji dipimpin oleh dukun manten. Perjalanan menuju pintu masuk pabrik dikawal Anoman sebagai cucuk laku. Bersama dukun manten yang akan menikahkan Joko Gondel dan Sri Gondel (“tokoh” yang melambangkan putik dan benang sari kopi). Keduanya memainkan peran penting dalam ritual memetik kopi sejak tahun 1870.

Dukun manten membawa bokor (dok.pri)
Anoman sebagai Cucuk Laku (dok.pri)

Joko Gondel dan Sri Gondel adalah buah kopi utama dari Perkebunan Kopi Kawisari dan Sengon. Penduduk percaya bahwa buah dari perkebunan kopi yang terbentuk dari pernikahan antara Joko dan Sri Gondel melambangkan pembuahan kopi yang bisa menghasilkan kopi berkualitas.

Petik kopi (dok.pri)

Bokor berisi kopi (dok.pri)

Selama perjalanan kembar mayang dari pintu masuk pabrik menuju tempat timbang kopi, diiringi musik dan penari jaranan. Warga dan semua undangan pun turut larut dalam suasana khidmat. Hingga peletakan bokor kencono di Gerbusan (kamar manten).

Menuju Gerbus (dok.pri)
Sri dan Joko Gondel dipertemukan di Gerbus (dok.pri)

Ritual berakhir di Babah Coffe untuk melakukan permohonan restu pada para leluhur pendiri Perkebunan Sengon agar produksi kopi, cengkeh dan karet dengan hasil yang baik serta terjual dengan harga baik pula. Dilanjutkan selamatan kenduri di gudang pabrik dan semua menikmati hidangan bersama-sama. Tampak guyup dan rukun antara warga, undangan dan pihak perkebunan.

Babah Coffee (dok.pri)
Makan bareng nasi kenduri bersama Owner (dok.pri)

Keliling Pabrik Kopi

Waktu menunjuk pukul 11. 45 saat prosesi upacara petik kopi berakhir. Oya aktivitas panen kopi itu yang berlangsung mulai bulan Juli hingga Oktober. Rasanya saya kagum dan beruntung bisa melihat acara tersebut secara langsung. Menurut Ibu Widya (owner hotel Tugu dan perkebunan kopi), acara prosesi petik kopi sudah menjadi tradisi budaya sejak dulu dan hingga sekarang masih dipertahankan.

Baca juga : menikmati eksotisnya pantai papuma jember

Kami juga diberi kesempatan untuk mengelilingi pabrik kopi. Mulai dari ruang timbangan, bak konus atau perambangan, pulper, ruang washer, mason dryer, penyimpanan HS kering, gerbus/huler hingga sortasi dan gudang penyimpanan kopi.

Gudang penyimpanan kopi (dok.pri)

Ada tempat yang menarik perhatian saya yakni di Babah Coffee. Disana terdapat banyak pernik-pernik lawas seperti alat-alat dapur jaman dulu. Wah jadi ingat saya saat masih kecil. Semua diletakan dimeja-meja kayu yang usianya juga sudah “renta”.

Perkakas jadul (dok.pri)

Dibagian lain ada mesin turbin yang menurut catatan diproduksi tahun 1916. Dan sampai saat ini masih berfungsi dan digerakkan dengan tenaga air. So… sudah berumur berapa tuh?

Tentang acara selamatan petik kopi pokoknya keren lah. Sekitar pukul 14.00 usai berkeliling pabrik, kami beranjak pulang membawa kesan mendalam dengan acara petik kopi. Btw makasih deh untuk manajemen Hotel Tugu Malang yang memberi kesempatan pada saya untuk melihat dan mengikuti prosesi acara petik kopi di Perkebunan Sengon. Surprise banget!

27 KOMENTAR

  1. Banyak kearifan budaya lokal yang baru aku tahu dari blog mb Erny.. Termasuk tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel ini. Duh, Sri nama ibuku lhoo… Tp bapakku bukan Joko Gondel wkwkw..

    Senang jadi banyak tahu banyak budaya lokal yg menarik seperti ini di Indonesia

  2. Selalu Menarik
    Bila aktifitas warga (petik kopi) di balut dg budaya, apalagi sudah di lakukan turun temurun,

    Rasanya ikut merasakan kemistisan 🙂

    Setiap budaya Jawa pasti ada filosofi yg sarat dg makna kehidupan, misalnya pada kegiatan petik kopi, semua Makluk hidup harus menikah agar kelangsungan hidup terjaga 🙂

  3. Aku iri padamu mbak..ritual langka seperti ini bisa mbak Erny saksikan sendiri. Wah, pasti seru dan khidmat yaaa
    Semoga tradisi petik kopi dan perkawinan Sri dan Joko Gondel akan terus lestari, diuri-uri, karena bagaimanapun sarat makna dan bisa diambil banyak filosofinya.

    • Asyik ya Mbak bisa ikut acara seperti ini, bisa lihat ritual petik kopi dan bisa lihat sejarah kopi beserta benda antik untuk proses pembuatan kopi juga, seruuu.

  4. Kirain mah nikahannya sesemas dan sesembak. Ternyata teh kopi. Tapi kita memang kaya akan budaya ya. Masih ada yang melestarikan itu benar – benar sesuatu….
    Hehehe

  5. mbak, tulisannya bagus sekali, menceritakan dengan detil ttg pelestarian budaya leluhur dan perkembangannya hingga kini. terima kasih mb ^^

  6. Aku baru tahu kalau ada prosesi khusus untuk petik kopi. Ternyata di Indonesia banyak sekali tradisi yang menarik dan harus dilestarikan. Terima kasih mba Erny. Tulisannya menarik sekali ☺️

  7. ini tradisi yang harus dilestarikan, ya mbak? dengan dibuat acara khusus maka tercipta semangat khusus pula untuk memngawali masa panen dan terus berlanjut hingga waktu panen berakhir, demikian seterusnya. Upaca panen pertama seperti menyuntikkan spirit untuk merawat dengan baik pohon-pohon kopi sampai mereka mempersembahkan kopi terbaik nanti

  8. Ternyata Sri dan Joko Gondel itu perkawinan kopi, ya, kirain pernikahan manusia, mba 🙂
    Prosesinya bak sepasang pria dan wanita yang menikah, pakai kembar mayang segala hehehee. Luarrr biasa…

  9. Ritualnya ada-ada aja ya. Buat petik kopi aja dibikin ilistrasi pernikahan Joko sama Sri Goendoel. Hasilnya biji kopi pilihan. Siapa ya nama anaknya? 😆

    • Setahu saya di kebun kopi ini tidak dijadikan wisata seperti Kebun Teh Sirah Kencong yang terletak lebih utara dari perkebunan ini kak. Ya semoga kelak bisa dijadikan wisata edukasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here