Koperasi Jaman Now Butuh Kaum Milenial

Dalam keseharian, seringkali kita tanpa sengaja mendengar kata koperasi. Baik di tempat kerja ataupun di lingkungan sekitar  rumah kita. Malahan ada lho yang tiap minggu bersinggungan dengan koperasi. Itu lho koperasi mingguan alias bank titil (koperasi angsuran).

Umumnya koperasi ada di perusahaan tempat kita bernaung, sekolah-sekolah ataupun di kegiatan ibu-ibu PKK. Pernah dengar kan saat ibu kita berkumpul di arisan PKK ada istilah “bayar koperasi”? Wah kalau gak pernah, boleh dong colek ibu kalian, ada gak koperasi di PKK?

Dalam lingkup terkecil, kadang koperasi identik dengan pinjam meminjam uang. Bahkan sudah ter-mindset di kepala bahwa koperasi itu konotasinya terkait dengan hutang piutang. Padahal sebenarnya gak begitu kan ya? Jadi apa dong koperasi? Nah itu yang kudu diperjelas bukan?

Defenisi dan Tujuan Koperasi

Sebenarnya kata koperasi berasal dari bahasa Latin yakni Coopere. Ada juga yang bilang dari bahasa Inggris yakni Cooperation. Itu berasal dari kata co dan operation. Co berarti bersama-sama, sedangkan Operation berarti bekerja.  Jadi kurang lebihnya koperasi memiliki arti bekerja bersama-sama.

Tuh kan sudah beda banget dengan arti kata koperasi di awal artikel ini. Tapi baiklah akan saya kaitkan dengan arti yang sebenarnya ya. Secara umum koperasi adalah suatu badan usaha (organisasi ekonomi)  yang dimiliki dan dioperasionalkan oleh  para anggotanya untuk memenuhi kebutuhannya dibidang ekonomi.

Sedangkan tujuan koperasi umumnya ya untuk mensejahterakan anggota koperasi. Berdasarkan UU yang mengatur koperasi  pada pasal 3,  koperasi memiliki tujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Waw keren dan mulia ya tujuan koperasi itu. Seperti saat pertama kali koperasi didengungkan oleh bapak koperasi Indonesia yakni Mohammad Hatta. Tokoh nasional yang dikenal sebagai pahlawan sekaligus proklamator kemerdekaan Indonesia punya banyak andil dalam perkoperasian di Indonesia.

Pria yang lahir di Bukittinggi pada 12 Agustus ini memiliki rasa kepedulian terhadap rakyat dan pemerintahan di Indonesia. Saat itu Hatta membuat gerakan ekonomi kerakyatan melalui koperasi. Menurut Hatta, tujuan negara adalah memakmurkan rakyat dengan asas kekeluargaan. Bentuk yang yang paling cocok untuk Indonesia adalah usaha bersama dengan sistem kekeluargaan.

Di mana usaha bersama menurut Hatta adalah koperasi. Atas kontribusinya terhadap perkoperasian, oleh pemerintahan Indonesia, Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada tahun 1953 saat kongres II di Bandung.

Koperasi Sokoguru Perekonomian Indonesia

Didalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 dikatakan bahwa koperasi berkedudukan sebagai sokoguru perekonomian Indonesia. Dimana koperasi menjadi pilar dan tulang punggung serta menjadi bagian terpenting perekonomian negara kita. Begitu pentingnya kedudukan koperasi karena terkait langsung dengan hajat hidup orang banyak.

Hal tersebut juga dipertegas dalam pasal 4 UU. No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Menurut Mohammad Hatta sebagai pelopor pasal 33 UUD 1945, koperasi dijadikan sebagai sokoguru perekonomian nasional karena: (Arifin dan Halomoan, 2001:131).

Nah ada beberapa hal yang melatarbelakangi kenapa koperasi disebut sokoguru perekonomian Indonesia antara lain :

  • Koperasi mendidik sikap self-helping. Dalam hidup berkoperasi dituntut hidup saling menolong antara sesama anggota. Sehingga apapun diputuskan dari dan untuk anggota demi kebaikan bersama.
  • Koperasi mempunyai sikap kemasyarakatan, dimana kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan daripada kepentingan diri atau golongan sendiri.
  • Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia. Misalnya dari rasa kekeluargaan dan sifat saling gotong royong.
  • Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.

Dari uraian diatas bisa dilihat bagaimana kedudukan koperasi pada jaman now. Meski secara kasat mata menurut saya koperasi saat ini gaungnya tidak sebesar jaman dulu. Tahun-tahun sebelumnya masih terasa benar koperasi sebagai salah satu pilar dari tiga pilar perekonomian nasional yakni BUMN, BUMS dan Koperasi.

Kedudukannya tergencet oleh dua pilar lainnya. Faktor yang membuat koperasi terhimpit dalam faktanya karena sisi permodalan. Karena koperasi rata-rata diikuti oleh masyarakat dengan mengumpulkan modal minim untuk diputarkan. Sehingga butuh suatu gebrakan apalagi di era digital seperti sekarang ini, koperasi dituntut harus mengikuti perkembangan jaman atau selalu update. Butuh penggerak yang dinamis dan bersemangat agar masalah krusial tentang permodalan bisa teratasi. Jawabnya butuh skill yang dimiliki oleh generasi milenial.

Koperasi Kekinian Berbasis Digital

Jaman now, tahu kan ya semua serba digital. Semua aktivitas didukung dengan piranti teknologi canggih. Informasi di segala bidang dalam sekejap bisa terkoneksi dan cepat berada dalam genggaman. Begitu dahsyatnya sebuah perubahan yang terjadi saat ini. Itulah yang dinamakan transformasi dibidang informasi. Berbeda dengan jaman old yang harus secara manual mencari informasi dengan effort yang luar biasa.

Nah perkembangan yang cepat pun harus ada di dunia perkoperasian. Butuh perubahan seiring dengan perkembangan jaman dong. Koperasi harus lebih familiar dengan perkembangan teknologi. Apalagi saat ini koperasi dituntut untuk menggaet kaum milenial agar lebih bisa diterima dunia mereka. Ya kan?

Terkait hal tersebit ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh koperasi agar bisa mendapat tempat dihati generasi jaman now. Antara lain:

1. Kampanye Berkoperasi

Koperasi kudu dan wajib memperkenalkan diri pada generasi jaman now. Caranya dengan bersosialisasi pada aktivitas mereka dengan bersinergi dan berkolaborasi. Dengan demikian kaum milenial paham tentang apa itu koperasi, tujuan dan kiprahnya.

2. Upgrade SDM

Ini hal yang penting dilakukan oleh pngurus sebuah koperasi. Memiliki SDM yang selalu bisa up grade diri. Terutama belajar tentang teknologi agar saat mensosialisasikan eksistensi perkoperasian bisa mengimbangi kaum milenial yang serba digital.

3. Lakukan Trainnng Secara Kontinyu. Pihak pengelola atau pengurus koperasi harus membuka kesempatan pada kaum milenial untuk mengikuti training tentang seluk beluk perkoperasian. Dengan demikian kaum milenial bisa melek dan tahu tentang dunia perkoperasian. Demikian sebaliknya kaum milenial bisa mengembangkan diri dengan menerapkan ilmu kekiniannya.

Nah dengan melakukan tiga cara tersebut koperasi bisa diterima oleh kaum milenial. Adanya sinergi dan kolaborasi itu lah yang memungkinkan koperasi lebih dikenal dan semakin cetar karena dukungan kaum milenial yang lebih menguasai teknologi informasi. Koperasi bisa lebih fresh karena penyegaran teknologi kekinian yang serba digital. Semoga …

#PRAJA2019 #anugerahMISGroup #koperasi #wiraswasta

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *