Bicara tentang coklat, pasti terbayang rasanya manis dan enak. Disukai oleh semua umur dan pastinya nikmat. Hehe…kalian suka coklat? Tuh kan… pada angkat tangan semua. Tak terkecuali saya juga demen coklat.
Nah kebetulan waktu tahun baru hijriah kemarin, iya yang tanggal merah itu, saya berkesempatan ngumpul bareng sahabat-sahabat. Biasa acara pul ngumpul rutin sebulan sekali. Bisa dibilang reuni juga sih, sebab kumpulan ini adalah sahabat-sahabat saat kami dulu dibawah satu atap perusahaan kosmetik asal Amerika. Nah perusahaan itu sudah tak beroperasi di Indonesia sejak tahun 2006. Meski demikian kami semua masih tetap bersilaturahim dan guyup lho. Kami menamakan diri di WAG sebagai Alumni Avon Nasional. Pasti yang seumuran dengan saya langsung deh ingat produknya yang oke yah…
Sahabat-sahabatku waktu kami masih di Avon (dok.pri)
Dulu Avon Malang memiliki banyak leader yang tersebar dibeberapa kota di Jawa Timur. Salah satunya leader dari Blitar. Karena pertemuan kami selalu beranjangsana jadilah liburan lalu kami semua ke kota Bumi Soekarno itu. Ternyata Blitar kotanya bersih dan rapi. Tak terlihat ada kemacetan, padahal rumah sahabat kami tak jauh dari Alun-alun Blitar. Tahu kan seperti di Malang, alun-alun adalah pusat keramaian dan seringkali macet.
Kali ini saya gak akan mengurai tentang kemacetan di Malang kok. Balik lagi ke Blitar, kami ngumpul ber- haha hihi, penyampaian info bermanfaat, makan-makan dan tak ketinggalan berselfi ria. Usai itu salah seorang dari kami mengusulksn untuk refresh ke tempat wisata. Dari beberapa yang diajukan, kami sepakat ke Kampung Coklat. Dengan pertimbangan mudah dijangkau dan tak menyita banyak waktu untuk menuju lokasi. Yaa jadilah kami semua cus ke tekape. Simak yaaa mana tahu kalian pengen juga ke Kampung Coklat..
Kampung Coklat Kampung Memikat
Lokasi Kampung Coklat tak jauh dari rumah sahabat kami. Berada di pinggir jalan poros tepatnya di jalan raya Banteng – Blorok Kademangan Blitar. Karena lokasi berada disekitar rumah penduduk, kampung Coklat ini setidaknya turut membantu ekonomi masyarakat sekitar. Mereka banyak menjual hasil kebun seperti Nanas dan buah Belimbing juga termasuk souvenir-souvenir bertuliskan Kampung Coklat.
Gerbang Kampung Coklat di Blitar (dok.pri)ð
Kampung Coklat sepintas tampak dari depan hanya seperti bangunan yang tak begitu luas. Bahkan terlihat gerbang atau bisa dibilang rumah berukuran standar. Tapi siapa sangka begitu kita masuk terlihat aslinya. Melewati jalan dengan lampu-lampu menyala (meski siang hari). Sementara disisi kanan kiri dinding terdapat frame tentang sejarah percoklatan.
Masuk agak dalam lagi ada loket tempat menjual tiket. Harga tiket masuk hanya 5ribu rupiah dan buka pukul 08.00 hingga pukul 17.00. Menurut penjaga loket dihari Minggu atau libur, pengunjung Kampung Coklat padat. Lha tapi pas saya kesana sekitar pukul 14.00 terlihat sepi. Bahkan rombongan kami kurang kebih 20 orang bisa bernarsis ria di pintu masuk bertuliskan Kampung Coklat. Biasa kan kalau datang di suatu tempat yang dicari adalah spot untuk narsis. Tanpa menunggu clear tempat, langsung jepret dahh, hehe..
Ehh sepi? Ternyata kali ini saya keliru pemirsahhh…Begitu masuk gerbang bagian dalam, bukan yang pinggir jalan lho yaa…Saya rada speechless. Pasalnya begitu melangkah dari gerbang yang berpenjaga, terlhat pengunjung memenuhi hampir semua kursi yang ada di dalam area lokasi Kampung Coklat. Tampak rimbun dan adem pepohonan Coklat yang tertata rapi dan beraturan. Luas dan bersih.
Dihari Minggu atsu libur pengunjung banyak berdatangan (dok.pri) Salah satu sudut Kampung Coklat (dok.pri)
Semakin melangkah masuk banyak spot foto yang menarik dan memikat. Ada spot bertuliskan Kampung Coklat. Juga tak ketinggalan buah coklat yang bergelantungan di batang menyembul diantara dedaunan pun jadi asyik buat bernarsis. Bukan itu saja fasilitas sebagai tempat rekreasi edukatif juga dimiliki Kampung Coklat ini. Konon di saat-saat tertentu ada edukasi tentang cara bertanam coklat hingga pembuatan coklat sebagai kudapan yang digandrungi segala usia. Tapi rupanya kami kurang beruntung, karena pas berkunjung event edukasi percoklatan tak nampak.
Buah coklat bergantungan di batang (dok.pri)
Tampak rierimbunan pohon coklat (dok.pri)
Bersyukur dan berdamai dengan hati saja yaa…hihi aslinya pengen lihat. Akhirnya kami menoleh kafe-kafe yang menawarkan minuman bergenre coklat. Harganya terjangkau hanya dengan 10K kami bisa menikmati minuman coklat yang maknyus, hehe…Rame-ramelah kami antri demi segelas coklat hangat yang mantap.
Kampung Coklat Ada Karena Kegagalan
Hidup tidak selamanya mulus. Terkadang harus melewati onak dan duri sebelum akhirnya menemukan solusinya. Seperti itu juga kisah pemilik Kampung Coklat ini. Menurut beberapa sumber yang sempat saya tanya, Kampung Coklat ini milik perorangan. Adalah Bapak Kholid Mustafa yang dulu memiliki usaha ayam potong yang sukses. Suatu saat ayam yang diternakkan terkena virus sehingga semua mati. Tentu saja beliau mengalami kerugian yang tidak sedikit. Namun beliau tak patah semangat. Sampai akhirnya berniat menanam coklat untuk dibudidayakan dengan serius
Luas kebun kakao Pak Kholid yang disulap menjadi Kampung Coklat seluas 750 m2. Dengan berbekal belajar atau magang tentang penanaman dan budidaya kokoa (coklat) di PTPN XII di Blitar dan Jember. Akhirnya bisnisnya dari peternak ayam petelor berubah haluan ke kakao.
Kemudian pada 1 Januari 2005 bersama rekan-rekanya Pak Kholid membentuk komunitas yang terdiri dari petani coklat. Komunitas itu bernama Gapoktan Guyup Santoso. Sampai tahun 2013 kelompok tani ini mampu memproduksi coklat olahan lokal dengan brand Guysant yang diambil dari nama kelompok Guyup Santosa. Dan kemudian berkembanglah dari hari ke hari smpai akhirnya Kampung Coklat dibuka sebagai tempat wisata edukasi.
Teman-teman yang ingin mengintip Kampung Coklat segera aja kesana. Banyak juga lho fasilitasnya seperti layaknya tempat wisata. Namun kelebihan yang dimiliki wisata edukasi ini adalah adanya kebun coklat yang ada ditengah-tengah wisata ini. Selain ada beberapa kafe yang khusus menjual minuman coklat dengan berbagai varian, ada juga area permainan anak-anak serta chocollate gallery.
Pintu masuk Chocolate Gallery (dok.pri) Chocolate Gallery tampak ramai (dok.pri)
Chocolate Galerry ini menyediakan berbagai hasil olahan coklat. Dari coklat yang diolah sebagai minuman hingga coklat sebgai camilan yang nikmat. Harganya sangat terjangkau tergantung dari kocek kita yakni kisaran 9000 hingga 100ribuan. Kalau gak bisa nahan diri, pasti semua masuk keranjang belanja. Hehe…