Kenapa Menulis di Blog?
#harike1
#BPN30daychallenge2018
Awalnya ragu ikutan meramaikan tantangan BPN untuk menulis rutin setiap hari selama 30 hari. Tapi melihat sahabat lainnya mengambil posisi, akhirnya didetik-detik terakhir pendaftaran, sayapun tergerak ikut. Bismillah…semoga bisa konsisten hingga akhir challenge. 30 hari menulis dengan tema berbeda setiap harinya…
**********
Minat menulis — entah sejak kapan saya lakukan. Tapi kalau berdasar pada bukti yang ada sih saat saya duduk dibangku SMA. Memang ada buktinya? Hehe…saya jadi malu kalau mengingat semua itu. Apalagi membuka lembar demi lembar coretan penaku di buku harian. Hmmm…sebagai pelajar berseragam putih abu -abu tahun 80-an tentu beda dong dengan jaman now.
Dulu belum ada hand phone untuk bersay hello. Jaman saya sih pakai TU atau telepon Umum buat bersay sama teman yang kebetulan punya telepon rumah. Buat apa coba? Ya buat tanya-tanya pelajaran ataupun modus, wkwkwk. Juga belum ada laptop untuk mengerjakan tugas sekolah. Jaman old yang ada pakai mesin ketik yang bunyinya tak tik tuk memekakkan telinga, kalau pas ngetik malam hari. Belum lagi kalau salah di tip-x atau kertas diremas dan dibuang. Ada yang pernah mengalami itu? Hehe…
Dok. Pixabay
Oya jaman masih umur belasan saya termasuk anak yang pendiam di sekolah. Meski punya sahabat tapi tak begitu percaya untuk urusan curhat. Apalagi curhatan tentang yayang, hehe… Saya lebih asyik dengan buku harian. Menurutku lebih save dan private. Lebih nyaman dan menulis segala aktivitas sehari-hari tentang apa saja. Malah buku harianku saat SMA tahun 80an masih tersimpan rapi. Kadang saya buka dan tersenyum sendiri membaca tulisan jadul itu. Hmmm indah untuk dikenang…
Buku Harian Jadul : SMA (pink) 1988 dan saat kuliah (hitam) 1992 (dok.pri)
Menulis buku harian yang saya lakukan tiap hari tentu saja mengasah minat saya dalam hal menulis. Dan ini membuat hati mantap untuk memilih jurusan A4 yang lebih menjurus ke bahasa dan budaya. Seringkali kami mendapat tugas untuk membaca novel dan meresensinya, kemudian dibahas dalam diskusi kelas. Novel-novel tersebut seperti Merahnya Merah karya Iwan Simatupang, Robohnya Surau Kami Katya AA Navis hingga Kabut Sutra Ungu nya Ike Supomo…
Saat SMA keinginan untuk menulis di media sudah ada sih. Cuma tidak ada keberanian alias kurang pede karena takut ditolak redaksi. Haha… Tapi memang dulu pernah mencoba kirim ke majalah remaja kumpulan cerpen Anita Cemerlang. Dan saat itu tulisan cerpen yang saya ketik hingga malam, berujung dikembalikan atau ditolak dengan alasan apa ya? Saya lupa…Sejak saat itu saya malah ingin belajar menulis dan banyak membaca. Dan penulis jago yang masih saya ingat Bambang Sukmawijaya, Riana Mustamin dan Donatus A Nugroho. Kini saya gak tahu penulis itu sekarang berkiprah dimana yaa?
Hingga waktu bergulir, setamat SMA keinginan dan minat menulis semakin besar. Alhamdulillah saya diterima di sebuah PTN dengan jurusan yang saya suka : JURNALISTIK. Berbagai teori tentang Ilmu Komunikasi yang merupakan induk program Ilmu Jurnalistik saya pelajari. Untuk lebih intens lagi saya belajar dan bergabung dengan sebuah penerbitan kampus.
Tentu saja sebagai reporter kampus, saya banyak meliput kegiatan – kegiatan mahasiswa. Semakin sering meliput semakin terasah tulisan saya. Sampai suatu saat saya diperbantukan di surat kabar yang dikelola Humas Kantor Gubernur. Juga Sesekali saya menulis di koran lokal dan nasional. Alhamdulillah sebagai mahasiswa perantau, saat itu bisa membiayai kuliah dari hasil keringat sendiri. Sesuatu yaa…hehe…
Klipping tulisan (dok.pri)
Masih ingat betul saat pertama menerima honor tulisan di media nasional di awal tahun 90-an. Rasa seneng saat menerima wesel dimuatnya tulisan sebesar 90rb rupiah. Itu senilai dengan SPP saya satu semester. Tentu sedikit bisa berbangga karena tulisan bisa dibaca oleh banyak orang. Begitulah hari-hari saya diwarnai dengan meliput, nulis dan bergumul dengan deadline. Dan itu saya rasakan belakangan ini.
Belajar Nge-Blog….
Perjalanan hidup kadang tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Selesai kuliah saya pulang ke Jawa tepatnya di Malang. Tapi sebelum menetap di Kota Apel, saya terdampar dibeberapa kota karena pekerjaan. Dan itu bukan di dunia tulis menulis. Begitulah hidup mengalir sampai tak terasa 20 tahun sudah saya tak menyentuh dunia nulis. Wuikkk 2 dasa warsa… Helooo saya ngapain aja yaa? Sudahlah…. Yang penting sekarang saya menebus rasa bersalah pada diri karena demikian lama tak menyentuh “duniaku”.
Usai resign kerja, saya memulai dari nol lagi untuk belajar menulis. Alhamdulillah saya bertemu dengan sahabat-sahabat yang seminat, baik di dunia maya ataupun nyata. Berat sekali awalnya menggali lagi kemampuan merangkai kata. Bahasa yang tertulis terasa kaku dan seringkali kehabisan kosa kata. Akhirnya di Maret tahun 2018 saya memiliki blog pribadi tempat menulis apa saja yang ingin saya tulis.
Saya sudah punya media blog sekarang. Bukan lagi buku harian seperti jaman SMA dan kuliah. HeHehe… Seneng meski blog baru seumur jagung, tapi saya banyak mendapat kepuasan bathin.
Kenapa Menulis di Blog….?
Saya adalah termasuk golongan generasi Y yang beruntung bisa mengikuti perubahan jaman now. Keinginan saya kuat untuk belajar sesuatu terutama di dunia menulis. Meski umur kurang 2 tahun memasuki setengah abad, tak menyurutkan semangat saya. Salah satunya belajar pada yang muda -muda biar tidak tertinggal informasi. Makasih yaa untuk ilmu yang sudah ditularkan seperti di Komunitas Blogger Perempuan Network ini.
Nah dengan menulis di blog saya merasa mempunyai poin-poin penting, antara lain:
1. Blog sebagai bejana untuk mengurai informasi masa lalu dan kini.
Sebagai produk jaman old saya merasa blog itu bagai bejana untuk tempat menggodok ide menulis saya. Ide tersebut bisa datang dari jaman dulu dan dituliskan di jaman sekarang. Ide tersebut tentunya yang masih relevan dengan jaman now. Misalkan kenangan atau memori saat dulu masih menulis di buku harian karena belum ada teknologi seperti laptop.
Intinya blog bisa jadi tempat curahan hati kita tentang apa saja atau berbagi informasi tentang apa saja kepada khalayak.
2. Blog tempat mengasah kemampuan menulis
Blog yang kita miliki bisa menjadi tempat untuk mengasah kemampuan kita untuk menulis. Karena dengan memiliki blog kita bebas berekspresi dalam tulisan kita. Dengan begitu kita lebih sering menulis sehingga bisa lebih lancar lagi.
3. Dengan nge-Blog bisa memiliki banyak sahabat
Saat memiliki blog saya merasa dari hari ke hari memiliki banyak sahabat. Saya bergabung di komunitas menulis sehingga bertemu dengan sahabat-sahabat yang seminat. Tentu sangat senang karena bisa bertukar ilmu dan wawasan.
4. Lebih Semangat
Saat berkumpul dengan sesama penulis di blog saya semakin termotivasi untuk menulis lebih baik lagi. Lebih semangat karena ada sahabat-sahabat blogger yang saling memberi dukungan.
Bareng sahabat blogger do suatu acara (dok.pri)
5. Blog tempat kita meninggalkan jejak
Menulis adalah cara saya untuk mengabadikan jejak dalam hidup ini. Suatu saat ketika umur tak lagi berpihak pada saya, akan ada yang mengenal saya entah anak, cucu, saudara yang mengenang dengan tulisan-tulisan saya.
6. Blog ajang eksitensi diri
Dulu saat saya hilang dari dunia menulis tak ada yang mencari. Kini saat mempunyai blog dengan banyak sahabat, saat kita menulis menjadi suatu ajang eksistensi diri. Bahwa itu menunjukkan kita masih ada dan eksis dengan tulisan di blog.
7. Nge-Blog sebagai tambahan penghasilan (?)
Bagi sebagian penulis, blog adalah tempat untuk menambah penghasilan. Tak dipungkiri profesi blogger sekarang lagi naik daun. Dimana-mana nge-blog dibutuhkan entah untuk urusan promosi produk atau sosialisasi program. Meski secara pribadi tidak sepenuhnya orang (blogger) memandang demikian. Kalaupun ada segi finansial, itu nomor sekian yang penting menulis.
8. Dengan Nge-blog jadi beda
Bedanya apa ya? Saya merasa kalau nggak menulis ada yang kurang. Jadi dengan menulis di blog saya merasa lebih bisa konsisten untuk menulis. Lebih merasa “sungkan” dengan diri dan sahabat-sahabat seandainya membiarkan blog kita berdebu. Hehe… Maluuu.. .
Dari 8 poin yang saya urai, semoga kedepan bisa menjadi acuan diri saya kalau tengah bermalas-malasan nulis. Semacam cambuk untuk lebih menghargai blog supaya tidak “suwung” atau kosong. Hehe… Akhirnya dengan nge-blog kontinyu dan belajar tanpa batas waktu dan ruang, saya bisa mengejar ketertinggalan dalam 2 dasa warsa ini.Dan (merasa) menebus kesalahan diri dengan MENULIS lagi….