Dari Sueger Fam Trip 2019 di Jember, Bersama Kunjungi Wisata Keren

Ada yang sama gak ya, kalau dah ngumpul bareng teman blogger berasa seru? Itu kesan yang saya tangkap dari acara Sueger Familiarization Trip 2019 belum lama ini. Meski saya yang notabene tergolong blogger newbi, tapi diterima dengan hangat bersama segala kekhasan mereka. Makasih ya…

Bersama Blogger Jember dan Blogger Nasional (dok.pri)

Fam Trip yang bikin saya gagal move on  merupakan gelaran acara atas undangan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember. Rasanya senang bo, terpilih diantara banyak blogger yang daftar. Alhamdulillah, dari 30 blogger terpilih, nyempil nama saya. Menurut Mba Prita HW sebagai host, info famtrip di-share hanya 36 jam saja. Hampir 60 orang yang mendaftar, buru-buru closed untuk diseleksi.

Sueger Fam Trip ini diadakan selama tiga hari mulai 22-24 Juni 2019. Diikuti sepuluh orang blogger asal lokal Jember dan 20 orang lainnya dari beberapa kota di Jawa seperti Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Tasikmalaya, Pekalongan, Semarang, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Malang dan Banyuwangi. Dari banyak latar belakang kota ini dalam hati saya rada ciut, sebab mereka udah pada saling kenal dan blogger yang mumpuni. Tapi berangkat dari rasa ingin tahu dan belajar, semua rasa gak pede, saya kesampingkan jauh-jauh.

Diantara teman-teman blogger yang luar biasa, saya yang mana ya? (dok.pri)

Yes dengan semangat 45 (padahal usia saya lewat dari itu lho..hehe..) saya tinggalkan Kota Malang menuju Jember. Saya memilih moda transportasi bus yang menurut saya sesuai dengan schedule biar gak telat. Pilihan pada bus patas agar lebih cepat tiba di Kota Tembakau itu. Tapi harapan gak sesuai, meski melewati jalan tol yang belum lama dibuka. Ekspektasi tiba pukul 14.00 WIB atau 4 jam waktu tempuh,  ternyata meleset karena baru masuk Jember pukul 15.00 WIB.

Saya dijemput diterminal Tawang Alun Jember oleh Bu Eni (staf Dispar Jember) dan langsung menuju Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Teman blogger lainnya sudah lebih dulu berangkat. Wahh ternyata saya terlambat ya, dipikir-pikir driver bus nyetirnya nyantai, hehe. Tapi ya sudah, yang penting tiba selamat sampai tujuan. Giliran pindah kendaraan, kami bertiga mendapati kemacetan. Hihi…driver dan Bu Eni kuatir kalau tak nutut waktu, sebab Puslit tutup pukul 16.00. Jadi seru yaaa…berkejaran dengan waktu.

Cerita lengkapnya, simak yaa…Pastinya beserta rasa ketertarikan para blogger saat kunjungan selama tiga hari di Kota yang terkenal dengan kemolekan pantainya. Yuk mareee….

Jember Hari Pertama (22 Juni 2019)

Waktu sudah menunjuk pukul 16.00 WIB.   Tapi Pusat Penelitian Kopi dan Kokoa masih ramai oleh pengunjung. Terlihat banyak bersliweran rombongan anak sekolah. Yes… apalagi masih masa liburan kenaikkan kelas ya. Terang aja ramai, hehe…

Kereta kayu yang mengantar pengunjunh berkeliling area Puslit (dok.pri)

Nah di tempat ini usai sholat Ashar, saya segera bergabung dengan teman-teman blogger lainnya.  Wah telat nih gak ikutan muter pakai kereta kayu dan juga kunjungan melihat Puslit Kopi dan Kakao dari hulu ke hilir. Tapi beruntung (orang Jawa kan selalu beruntung ya?), saya bisa melihat outlet yang menyediakan coklat. Masih bisa jepret sana sini. Eh yang bikin seger nih, saya dapat goody bag berisi kaos dan syal dari Dispar Jember serta bisa pepotoan dan cipika cipiki sama blogger yang keren-keren…

Goody bag dari Dispar Jember (dok.pri)

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia atau dikenal sebagai Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) berlokasi di jalan PB Sudirman no 90 Jember. Diresmikan oleh Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Prof.H.M.Natsir, M.Si.Ph.D.Ak pada 20 Mei 2016. Tiga bulan kemudian tepatnya Agustus 2016, CCSTP ini ditetapkan sebagai destinasi wisata pendidikan (Edu Tourism) oleh Bupati Jember dr.Hj.Faida, MMR.

Di depan kantor CCSTP (dok.pri)

Di Puslit ini banyak lho fasilitas yang bisa diperoleh pengunjung. Diantaranya ada kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi Kopi dan Kokoa. Saya jadi ingat saat berkunjung ke Kampung Kopi Blitar, kalau gak salah owner dan pengelolanya belajar banyak di Puslit Kopi dan Kokoa ini. Puslit ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Wah hebat ya Jember memiliki tempat seperti ini.

Info tentang CCSTP (dok.pri)

Selain itu ada kebun tour, workshop pengolahan kopi dan kakao, bisa melihat pabrik pengolahan hulu ke hilir kopi kakao yang berstandar SNI dan ramah lingkungan (zero waste). Juga ada reaktor biogas dan pemanfaatan teknologi yang berkaitan dengan energi terbarukan. Ada mushola juga area bermain anak serta kolam renang. Dengan harga tiket terjangkau, pengunjung bisa menikmati semuanya. Aseekkk yaaa?

Sekitar pukul 17.00 rombongan blogger yang terbagi dalam 3 mobil ini meluncur meninggalkan area puslit yang merupakan kawasan Perhutani. Kemana kita? Ternyata menuju pantai Papuma yang terletak di Lohjejer, Kecamatan Wuluhan Jember.

Pantai Papuma (dok.pri)

Kami tiba disambut sepoi angin laut dan suasana yang hampir temaram. Berlanjut menuju Siti Hinggil yang merupakan puncak di ketinggian untuk melihat laut lepas. Wuidihhhh… jujur saya suka lihat pemandangannya. Meski mulai gelap tapi masih tertangkap cantiknya pantai Papuma. Setelah naik-naik ke puncak gunung, ehhh bukan ding…naik-naik ke puncak Siti Hinggil dengan tangga berwarna-warni, berasa ngos-ngos sedikit hehe…Gak lama ada obatnya, ehh rame-rame nyeruput Es Degan. Nikmatnya luar biasa pastinya.

Tangga warna warni menuju Siti Hinggil (dok.pri) Minum Es Degan (dok.pri)

Di Siti Hinggil ini kami gak bisa melihat sunset, karena matahari tertutup oleh bukit-bukit. Meski tahu tak bakal melihat proses matahari tenggelam, mendengar deburan ombak yang menggulung dan melihat bebatuan menjulang di tengah laut– saya puas. Setidaknya bisa menikmati senja cantik di puncak Siti Hinggil ini.

Papuma dari Siti Hinggil (dok.pri) Puncak Siti Hinggil (dok.pri) Pantai Papuma yang eksotik (dok.pri)

Selanjutnya kami menuju penginapan di Resort Papuma yang tak jauh dari Siti Hinggil. Kunjungan hari pertama berakhir di Resto Ever Green tempat kami dinner diisi juga acara perkenalan semua peserta. Hadir pula Kepala Dinas Pariwisata Jember Pak Anas Ma’ruf, AP, MSi. Diharapkan, kami para blogger bisa membantu mem-blow up destinasi wisata yang ada di Jember.

Jember Hari Kedua (23 Juni 2019)

Pagi benar sekitar pukul 05.00 WIB kami menikmati pantai Papuma. Melihat dari dekat aktivitas nelayan yang tengah merapat ke pantai membawa hasil tangkapannya. Ikan-ikannya segar lho, malah kami juga mencicip ikan bakar segar yang langsung dibakar di pantai. Hihi… jadi ingat kalau nge-camp di pantai bisa juga tuh coba bakar-bakar ikan. Endesss rasanya meski tanpa bumbu, haha…Dapat rasa asinnya dari air laut, wkwkwk…

Bakar ikan segar (dok.ist)

Agak terangan dikit, kami narsis rame-rame. Pastinya berlatar pantai dan perahu-perahu nelayan. Eh iya … saya juga dapat gambar sunrise. Meski motonya hanya pakai hp, tapi lumayanlah bisa dapat view yang keren lho…

Melihat sunrise dan aktivitas nelayan di Papuma (dok.pri)

Puas bermain di pantai lanjut breakfast (cerita detilnya nyusul ya gaesss…). Pukul 08.00 kami siap menuju Pantai Watu Ulo yang ada di Sumberejo, Ambulu Jember. Sesuai schedule kami akan melihat pesta rakyat dan tradisi parade Wagon. Di acara tersebut ada kesenian tradisional seperti reog, jaranan, permainan anak-anak egrang, ta buta’an juga lomba antara lain lomba bakar ikan, lomba menggambar dll.

Kesenian Tradisional Reog (dok.pri) Kesenian tradisional Jaranan (dok.pri)

Pesta rakyat ini digelar di area sekitar pantai Watu Ulo yang juga punya kisah. Ntar ya saya ceritakan next time deh tentang pantai ini. Nah Pagi itu banyak sekali warga berkumpul. Ramai sekali. Hampir setiap sudut dijejali warga Jember yang berasal dari banyak daerah. Lihat saja kesenian yang ditampilkan pun beragam.

Tarian tradisional dibawakan anak SD (dok.pri) Foto bareng Ta buta’an (dok.pri) Salah satu pegon berhias (dok.pri)

Tahu kan reog dari mana? Egrang juga Ta buta’an? Menurut Kadispar Pak Anas, Jember memang memiliki kesenian rakyat beragam. Karena memang Jember tak memiliki warga asli, yang ada warga pendatang dari banyak daerah seperti dari Madura, Ponorogo dan daerah lainnya. Karena itu Jember kerap disebut Kota Pandhalungan (kota yang tak memiliki warga asli).

Bersama Bp Anas, Kadispar Jember (dok.pri)

Menurut cerita, dulu Jember merupakan lahan yang jembar (luas). Sehingga pada jaman Belanda banyak yang mencari lahan untuk menanam tebu, jagung, kopi, kakao dll. Sehingga Jember dikenal sebagai kota yang memiliki perkebunan yang luas.

Kembali ke pesta rakyat, ada juga parade Wagon (Watu Ulo Pegon). Pegon adalah alat transportasi jaman dulu seperti dokar tapi ditarik oleh 2 ekor sapi. Di acara parade ini hadir pula Bupati Jember Ibu Faida yang ikut mengendarai pegon berhias bersama kusir pegon yang disebut bajingan. Hehe…rada gimana ya sebutan kusirnya.

Waton Parade 2019 (dok.pri)

Di dalam pegon juga dibawa serta ketupat dan lepet (makanan dari ketan dibungkus daun kelapa) beserta lauk dan nasi kuning. Nah tradisi pegon ini diadakan 7 hari setelah lebaran. Merupakan ritual tahunan masyarakat Watu Ulo. Dimana pegon biasanya diarak dari Desa Sumberejo ke pantai Watu Ulo. Tradisi tersebut juga dibarengi kesenian tradisional yang dikemas menarik. Karena itu Bupati Jember berharap, tradisi pegon akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Jember selain Jember Fashion Carnaval.

Pegon berhias (dok.pri)

Tak terasa matahari sedikit terik saat parade pegon mulai memasuki area pantai Watu Ulo. Diawali dengan permainan egrang, ta buta’an, pasukan pengawal dan iring-iringan pegon. Kemudian ketupat dan lepet yang berbentuk gunungan itu usai berdoa bersama, diberikan kepada pengunjung. Setelah itu semua makan beramai-ramai yang disebut Kembul Bujono. Hal tersebut  menggambarkan kerukunan semua warga yang berasal dari tempat yang berbeda.

Berdoa bersama Bupati Jember (dok.pri)

Kami para blogger pun turut berebut ketupat dan lepet. Saya dapat satu ketupat dan lepet. Ahh senengnya ikut dalam “perebutan” makanan itu. Konon yamg dapat makanan akan dapat rejeki (Aamiin, hehe…) Malah saya bisa berada dekat gunungan ketupat dan lepet lho…Hingga ketika blogger lainnya sudah menikmati tumpeng dan makan bersama, saya dan blogger dari Surabaya kehilangan keberadaan teman-teman. Ternyata mereka asyik makan bersama sambil duduk. Jadi tak terlihat karena tertutup pengunjung yang jumlahnya banyak. Pengalaman yang tak terlupa nih ….(suerrrr…)

Kembul Bujono (makan bersama)

Usai acara inti kami bergeser menuju wisata Kampung Kopi Rayap yang berada di wilayah Perkebunan PTPN XII. Menyusuri jalan menanjak melewati bangunan lawas yang ada disepanjang kanan kiri. Tampak bangunan tua khas Belanda yang mulai lapuk adalah rumah karyawan perkebunan.

Di depan kantir PTPN XII Kebun Benteng Pabrik Rayap (dok.pri) Bangunan lawas disekitar area Pabrik Rayap (dok.pri)

So kami semua melihat lebih dekat proses cupping yakni cara penyeduhan kopi tanpa gula. Dengan menuangkan air panas pada kopi di cangkir secara perlahan, sambil menikmati aroma kopi. Mengaduk perlahan dengan sendok dan menghirupnya. Wowww…

Cupping (dok.pri) Menikmati aroma kopi (dok.pri)

Sebelumnya kami juga singgah ke sebuah villa di area perkebunan Rayap. Bangunan villa model Belanda ini juga menerima tamu yang ingin bermalam. Dengan tarif 1,5 juta/ hari, pengunjung bisa menikmati sejuknya suasana villa di area perkebunan tersebut.

Foto bersama di depan villa (dok.ist) Wisata Agro Rayap Kampung Kopi (dok.pri)

Saat sore membias, rombongan tiga buah mobil beriringan menuju puncak Rembangan. Menurut info, Rembangan adalah puncaknya Jember. Semacam Batu Malang gitu yang hawanya dingin. Wahh ternyata bener nih, dari puncak Rembangan terlihat area bawah. Tampak gunung Raung yang gagah tersamar. Hawanya brrrrr….swuuuejukkk, isisss….semriwing…hehe

Rembangan, puncaknya Jember. Kerennn…(dok.pri) Hotel Rembangan (dok.pri) Foto bareng di Hotel Rembangan (dok.pri)

Nah di Hotel Rembangan ini kami melepaskan penat setelah seharian jalan-jalan. View nya ala-ala pegunungan yang berada di dataran tinggi. Habis dinner di resto, saya sih milih istirahat. Sementara teman blogger lainnya menikmati malam di taman hotel.

Suasana malam di taman Hotel Rembangan (dok.ist)

Jember Hari Ketiga (24 Juni 2019)

Hari terakhir di Jember, saya dan teman blogger melipir ke Museum  Tembakau. Wah keren nih museumnya. Jember yang dikenal dengan kota penghasil tembakau pun membuat tempat khusus untuk mengenalkan sejarah tembakau. Bahkan ada tembakau dan alat pemotong tembakau hingga batik yang bergambar daun tembakau. Logo kabupaten Jember juga menggunakan daun tembakau lho. Itu menandakan betapa tembakau keberadaannya sangat penting dan pernah berjaya.

Di Museum Tembakau Jember (dok.pri) Batik motif tembakau (dok.pri) Alat pemotong tembakau (dok.pri)

Dulu warga Jember menyebut daun tembakau sebagai daun emas. Saat Jember dikenal sebagai penghasil tembakau yang berkualitas. Kini masa emas tembakau tidak seperti beberapa tahun lalu. Di Museum Tembakau itu juga ada perpustakaan di lantai 2 yang unik. Banyak buku-buku tentang tembakau yang dipajang rapi. Bangunannya terbuat dari banyak bambu dan kayu.  Nyeni banget dan saya syukaaa…Ada juga lukisan yang menggambarkan tanaman tembakau bersama penari-penari.

Ikutan menari (dok.pri)

Di Museum Tembakau kami disambut oleh Ibu Ir. Siti A Widartien,MSi selaku Kepala UPT PSMB Lembaga Tembakau Jember. Puas mengelilingi museum, kami bergeser menuju BIN Cigar Factory (Pabrik pembuat cerutu dari penanaman hingga menjadi cerutu). Ada outlet tempat penjualan cerutu juga, tapi karena waktu tak cukup kami tak mengunjunginya.

BIN Cigar Factory (dok.pri)

Di BIN kami mendapat penjelasan tentang proses persemaian sampai produksi cerutu. Pemindahn bahan baku hingga packaging. Juga proses pembuatan cerutu secara langsung.

Melihat dari dekat proses pembuatan cerutu (dok.ist)

Kunjungan ke BIN ini kami langsung melihat proses pembuatan cerutu mulai dari Filling (pemilihan daun tembakau), Binding (pembungkusan), Pengepresan, Wrapping (pembungkusan cerutu), Penghangatan dan Pengepakan. Menurut salah seorang karyawan BIN,  ada kurang lebih 30 macam cerutu yang diproduksi. Bahkan ada yang dieksport ke luar negeri seperti China.

Cerutu beraneka harga dan kemasan (dok.pri)

Untuk harga cerutu beragam dari paling murah 22 ribu hingga 4,5 juta. Di ruang meeting tempat kami berkumpul juga ada display cerutu. Menarik sekali tampilannya lho ada yang dibandrol 4,5 juta. Biasanya buat souvenir dengan disertai nama penerima. Wah kreatif banget ya…

Foto bareng di BIN (dok.ist)

Usai mengunjungi BIN, kami lunch di Pecel Gudeg Luminthu yang ada di Jember. Makan ramai-ramai berasa nikmat banget. Ada pilihan menu gudeg, pecel, ayam dll. Dan kebersamaan kami di rumah makan yang buka tahun 1960-an ini, sudah di ujung waktu. Saya beserta dua blogger lain dari Bogor dan Surabaya pamit duluan karena mengejar jadwal kereta.

Menu makan siang, nasi gudeg Luminthu yang terkenal di Jember  (dok.pri) Foto bersama di Gudeg Luminthu (dok.pri)

Tak terasa Sueger Famtrip 2019 sudah seminggu lalu terlewati. Namun kunjungan ke tempat destinasi wisata Jember seperti melekat erat. Puslit Kopi dan Kakao, Parade Waton, Pantai Papuma, Museum Tembakau, Rembangan dan BIN. Destinasi wisata yang keren. Jangan lupa berkunjung ya bila kalian ke Jember. Saya juga bakal kembali ke Jember, terutama ke pantai Papuma dengan air lautnya yang biru. Yes… sebiru rinduku pada teman -teman blogger. Nah trus kalian kapan nih berkunjung ke Jember?

Love,

Nyk’s Note

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *