Malang Kota Labuhan Terakhirku. Kalau dengar atau membaca nama Kota Malang, apa yang terbersit dalam hati teman-teman? Sebuah kota pendidikan yang berhawa sejuk? Kota bersih yang beberapa kali menyabet Piala Adipura? Atau kota yang dikenal sebagai jujugan tempat wisata?
dok. istimewa
Menurutku semua itu benar. Ya nggak? Banyak lho temanku yang memilih untuk liburan di Malang. Katanya tempat wisatanya keren-keren. Meski sebenarnya bukan pyur lokasi wisata itu ada di Kota Malang. Tapi bisa jadi di Malang Raya yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kotif Batu.
Nah saat masih muda, aku malah tidak kepikiran untuk menetap di Malang yang notabene kota asal ibuku. Entah kenapa ..Tapi ternyata ada campur tanganNya yang memberiku jodoh seorang suami asal Malang.
Ya jadinya sekarang aku benar-benar tinggal dan menetap di Malang. Padahal sejak aku lahir sampai menyelesaikan kuliahku tak pernah menuntut ilmu di kota ini. Well… jadi bisa disebut Malang Kota Labuhan Terakhirku
Malang Kota Leluhurku
Aku dilahirkan bukan di Malang tapi di Ujung Pandang yang kini bernama Kota Makasar. Ayahku berasal dari sebuah desa di kaki Gunung Slamet yang kebetulan bertugas di Kepolisian. Saat aku lahir ayahku sedang bertugas di Kota Daeng.
Kira-kira umur 3 tahun ayah mutasi ke kota asalnya yakni di Pemalang dan hidupku berpindah-pindah mengikuti kemana ayah bertugas. Resiko ya punya ayah seorang polisi hehe…
Singkat cerita aku menghabiskan masa sekolahku di beberapa kota dan terakhir SMA dan kuliah di Kota Makasar. Hehe balik lagi ya ke kota kelahiran. Tapi usai diwisuda ortuku berharap aku kembali ke Malang, kota masa tua ortuku.
Memang benar balik ke kota asal ibukku tapi ternyata beberapa hari saja. Sebab tak lama aku dapat panggilan kerja di Jakarta. Karena situasi politik memanas tahun 1998 memaksaku untuk pulang akampung.
Baca juga: Menjadi Narablog sebagai cara menebus rasa bersalah
Akhirnya sampai dapat jodoh orang asli Malang. Jadilah aku menetap di Malang sampai sekarang. Berkumpul kembali dengan saudara-saudara dan keluarga besar. Tak seperti masa anak-anak dan remajaku yang harus nomaden.
Alhamdulillah bisa hidup dan tinggal di Malang adalah sebuah pilihan. Malang kota leluhurku dan sampai sekarang aku tak pernah merasa salah pilih. Di Malang aku bisa mengembangkan diri sesuai keinginanku.
Kota Malang Tempat Aku Mengais Rejeki
Perjalanan hidup di Kota Malang buatku cukup berliku. Beberapa kali aku aku pindah tempat kerja sampai akhirnya tahun 2006 aku dipercaya pegang sebuah produk busana muslim yang saat itu berkantor pusat di Jakarta.
Alhamdulillah Malang jadi area ku dalam usaha pengembangan bisnis si Bos. Sampai titik puncak karirku di tahun 2012 sudah merasakan hasil maksimal dari kerjaku. Tapi ya itu namanya bisnis juga kayak roda pedati, kadang di bawah kadang di atas.
Sampai pada tahun 2018, perusahaan tempatku berkarir, karena perdagangan bebas — terkena imbasnya hingga oleng. Yahhh gimana dong? Disyukuri saat itu aku sudah bisa meraba-raba dan sudah pasang kuda-kuda, hingga saat perusahaan jatuh aku sudah dapat penggantinya.
Malang ya nasibku seperti nama kota Malang, kota tempat tinggalku kini. Bersyukur anak dan suami serta keluarga besar mensupportku dan menguatkan hingga bisa tegar dan selalu semangat. Jadi tidak merasa malang kan ya…
Malang, Kota Labuhan Terakhirku
Kalau dihitung aku sudah tinggal di Malang kurang lebih 23 tahun. Apa yang kudapatkan dari Kota Malang? Banyak dong. Selain aku dapat suami di Malang juga dikelilingi teman-teman yang baik hati.
Sekarang aku berada di titik dimana aku bisa menikmati hidup dan bekerja sesuai passion. Bersama teman-teman blogger di Malang aku bisa mendapatkan pekerjaan ysng sesuai dengan latar belakang studi-ku. Alhamdulilah yaa…
Di usiaku yang menuju titik setengah abad, Malang bagiku sebagai kota labuhan terakhirku. Aku nggak akan kemana-mana lagi untuk mencapai cita-cita seperti saat muda dulu. Sudah cukup rasanya menikmati hidup yang cukup damai di kota ini ya.
So…Malang di bulan April ini kan ulang tahun yang ke-107. Sebagai warga Kota Malang boleh dong berharap untuk kota tercinta. Apa ya? Hmmm …Cuma ingin Malang yang damai dan para pejabatnya memperhatikan setiap aspirasi dan input warga Malang. Seperti tertera dalam logo ultah Malang: Peduli dan Berbagi.
Pastinya juga ingin Malang menjadi kota yang Asoy seperti slogannya. Kota yang nyaman dan aman untuk wisata dan buatku pastinya biar Malang makin bersinar meski pandemi. Jadi kota tempat aku menopang hidup hingga akhir hayat nanti.
Sehingga menjadikan Malang, kota Labuhanku terakhirku …