Belum lama ini Pemkot Malang menetapkan beberapa kampung yang masuk dalam kriteria kampung tematik. Jumlahnya ada sekitar 70an yang tersebar di 5 kecamatan yang ada di Kotamadya Malang. Dari sekian banyak kampung tematik ada 17 kampung yang dinyatakan layak untuk dikunjungi oleh wisatawan. Saya yang masuk dalam tim penulisan buku kampung tematik, minggu lalu berkunjung ke Kampung Putih, salah satu dari 17 kampung yang dibukukan.
Buku Pesona Kampung Tematik (dok.pri)
Kampung Putih belumlah setenar kampung tematik yang ada di Malang. Sebutlah seperti Kampung Warna Warni, Kampung Tridi ataupun Kampung Topeng. Namun keberadaannya sudah mendapat “mandat” sebagai kampung tematik. Bahkan sebuah perusahaan cat lokal sudah menyulapnyanya dengan mengecat warna putih pada semua dinding rumah warga. Bertambah manis dengan cat hijau muda untuk atap rumah. Saat saya melenggang ke kampung tersebut, suasananya nyaman dan bersih.
Kampung Putih dari atas jembatan sungai dekat RSSA (dok.pri)
Saya berangan-angan kalau saja dikelola dengan sentuhan artistik dan lebih serius, bisa jadi lebih dikenal. Sayangnya kampung yang berpenduduk padat ini belum seberuntung Kampung Warna-Warni dan lainnya. Meski pernah muncul isu bakal dijadikan objek wisata air dalam kota.
Menuju Kampung Putih akses jalan sangat mudah dijangkau. Kalau mau naik angkutan kota, bisa ambil mikrolet AG dari Gadang ataupun Arjosari. Kemudian berhenti disekitar jembatan setelah atau sebelum RS Saiful Anwar (RSSA). Nah ada jalan disisi jembatan tertulis “Kampung Putih” di sebuah gapura. Bagi yang bersepeda motor bisa parkir di RSSA atau sebelah selatan jembatan.
Gapura Kampung Putih (dok.pri)
Yang menarik, ada sebuah taman ditengah-tengah Kampung Putih. Lokasinya kalau ditarik garis lurus, ada dibalik dinding wisata Taman Brawijaya Edu Park. Taman Kampung Putih berlatar sungai Brantas yang berpagar besi. Tentu saja irama gemericik air sungai terdengar alami. Ada pohon rindang yang memayungi taman, walau sebenarnya pohon itu tumbuh diseberang dinding taman. Taman ini cocok sebagai spot untuk berselfie ria.
Taman Kampung Putih (dok.pri)
Spot untuk berselfi (dok.pri)
Selesai menikmati taman, saya menyusuri pinggiran sungai yang bersih hingga melewati bagian bawah jembatan Kahuripan. Tak dinyana saya begitu menikmati suasana aliran sungai Berantas yang berbatu. Genericik air menemani perjalanan saya bersama 2 putri saya. Di jalan tembus Pasar Bunga adalah titik akhir rute menikmati Kampung Putih. Pikiran saya membayangkan, seandainya sungai Brantas ini dikelola untuk wisata air bisa juga lho. Dibuat semacam River Tubing atau wusata susur sungai.
Sungai yang mengalir di Kampung Putih (dok.pri)
Selain air sungainya beriak dan mengalir, pemandangan hijau disisi sungai juga rimbun lho. Pohon-pohom hijau menjulang menambah adem penglihatan kita. Waduhhh membayangkan berbasah ria diatas ban melaju seiring aliran air sungai. Woowww…
Menyusuri sungai hingga bawah Jembatan Kahuripan (dok.pri)
Kabarnya sudah ada yang survey untuk wisata air. Tapi sampai sekarang tak kabarnya lagi. Lumayan tuh kalau dikelola dengan baik, saya yakin Malang bakal tambah dilirik oleh wisatawan-wisatawan. Monggo ini menjadi PR bersama, khususnya pihak terkait, bagaimana agar Kota Malang bisa mempunyai destinasi andalan.
Ehhh kok saya jadi ngelanturrr…hehe…Semoga ada angin segar yang lebih segar, untuk menghidupkan Kota Malang di sektor pariwisata yaa…
Pasar Bunga Malang (dok.pri)
Perjalanan saya di Kampung Putih plus menyusuri sungai Brantas sekitar 60 menit, finish di jalan tembus Pasar Bunga. Rasanya segar dan langkah ini jadi mantap sebagai warming up dengkul saya yang dah tak muda lagi…😂😂😂