Berkunjung Ke Lima Coban di Jabung Malang

Berkunjung ke Lima Coban di Jabung Malang

“Tak pernah membayangkan bisa menjejakkan langkah di tempat terpencil dan menemukan indahnya alam. Amazing!” ~nyk_mlg~

Bicara tentang Malang menurutku tak ada habisnya. Oh ya sudah pernah liburan ke Malang? Hampir semua yang saya tanya selalu menjawab “sudah” atau “ingin sekali” berkunjung. Umumnya mereka mengenal Malang hanya ingin ke Bromo atau Batu saja. Padahal Malang memiliki wisata yang lengkap dan tentu saja memesona. Entah itu wisata gunung, pantai atau air terjunnya (coban).

Kalau ke gunung, kebanyakan pengunjung tertarik ke Bromo dan Semeru, sedangkan pantai umumnya ke Malang di sepanjang Jalur Lintas Selatan. Disana berjejer pantai-pantai eksotis seperti Balekambang, Ungapan, Bajul Mati, Goa Cina dll. Untuk wisata coban di Malang, mereka hanya mengenal Coban Pelangi yang kadang jadi satu paket dengan wisata Bromo. Atau Coban Rondo di Pujon  yang tak jauh dari lokasi wisata di Batu.

Nah kali ini saya akan cerita tentang lima coban di Jabung Malang. Yukk simak ya…

Wisata di Malang meliputi wilayah Malang Raya terdiri 3 area yakni Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kotif Batu. Kota Malang yang tak memiliki wisata alam ini hanya menyediakan fasilitas untuk penikmat wisata seperti hotel untuk menginap dan kafe sebagai penunjang wisata kuliner. Untuk Kabupaten Malang dan Kotif Batu mempunyai banyak potensi wisata alam dan buatan yang tak sedikit jumlahnya.

Wisata alam yang dikenal di Kabupaten Malang dan Batu selain gunung juga ada coban. Wisata coban yang banyak terselip diantara lembah dan bukit masih banyak yang  tak tersentuh dan belum dikenal. Coban-coban itu sebagian ada di Timur Malang tepatnya di Kecamatan Jabung. Menurut Camat Jabung Bapak Drs Hadi Sucipto, M.Si, ada puluhan coban yang indah dan belum terjamah di wilayahnya.

Seperti yang berlokasi di Dusun Begawan Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung. Di sana menyimpan pesona keindahan alam yang memukau. Hutan dan lembah hijau membentang menyejukkan hati dan mata. Nah dibentang alam itulah terselip coban-coban memikat dengan curahan air bening yang segar. Nama-nama coban pun unik dan memiliki cerita dibalik namanya.

Baca juga: Menikmati Coban Pelangi yang Keren

Beberapa waktu lalu saya mencoba menyusuri hutan untuk menjelajah lima coban yang unik bersama komunitas X-plore Wisata Malang. Hampir 7 jam perjalanan kami pergi pulang untuk bercengkerama dengan beningnya air coban, lekukan sungai berbatu juga segarnya hawa alam terbuka.

Untuk menuju coban-coban tersebut kami harus masuk dari loket resmi Coban Jahe yang dikelola oleh Perhutani Kabupaten Malang. Coban Jahe ini merupakan wisata alam juga tapi untuk menuju kesana tanpa treking karena dekat dengan tempat parkir. Kami membayar HTM 10 ribu rupiah per orang dan parkir motor 5 ribu rupiah. Yuk simak perjalanan kami menuju 5 coban yang masih asri dan alami…

1. Coban Susuh

Menuju ke Coban Susuh dibutuhkan waktu kurang lebih 60 menit dari loket Coban Jahe. Sepanjang perjalanan hanya ada rerimbunan hijau, melewati perkebunan penduduk dan lembah serta menyebrangi sungai berbatu. Jangan tanya tentang alamnya, yang pasti hawanya terasa bersih dan segar. Hehe…

Dibeberapa titik ada treking yang lumayan curam, hingga kami harus menggunakan tali webing untuk  jalur yang naik ataupun turun. Keringat tentu saja bercucuran tapi tak menjadi soal. Sebab kami memang sudah jauh hari berniat untuk melakukan jelajah ini. Apapun yang kami alami adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan. Dan bagi teman-teman, kalau ingin ikut jelajah coban, pastikan kondisi tubuhmu kudu sehat dan fit ya?

Coban Susuh mempunyai arti dan cerita lho. Dalam Bahasa Jawa–Susuh berarti semacam tempat tinggal sementara atau tempat untuk bersembunyi. Konon, menurut Maul dan Adam sang guide jelajah coban menuturkan, dulu saat jaman penjajahan Belanda banyak warga dan juga pasukan tentara bersembunyi di area coban. Mereka menghindari kejaran pasukan Belanda. Akhirnya mereka “nyusuh” atau tinggal sementara di hutan sekitar coban.

Dari cerita yang berkembang itulah coban tempat nyusuh mereka dinamakan Coban Susuh. Cobannya tak terlalu tinggi kurang lebih 10 meter. Tapi debit airnya besar meski musim kemarau. Airnya bersih dan bening. Disisi kanan dan kirinya bahkan ada akar pohon yang menjuntai dan berlumut warna hijau segar. Akar tersebut malah jadi tempat narsis yang oke sambil untuk bergelayutan. hehe…

2. Coban Kodok

Mendengar nama Coban Kodok, banyak orang termasuk saya mengira, kalau  di coban tersebut banyak terdapat Kodok. Menurut guide memang betul banyak binatang amphibie disana.  Tapi itu dulu saat jaman penjajahan Belanda.

Nah Coban Kodok ini lokasinya tak jauh dari Coban Susuh.  Jarak tempuhnya hanya sekitar 30 menit saja.  Curah airnya paling kuat sehimgga sekitarnya seperti berkabut.  Kenapa dinamakan Coban Kodok ternyata masih ada kaitannya dengan cerita  Coban Susuh.

Konon Coban Kodok yang tingginya sekitar 20 meter ini, dulu dihuni banyak kodok. Saat warga dan tentara sembunyi di Coban  Susuh, mereka tentu saja harus survive kan? Jadilah demi mempertahankan hidup,   kodok-kodok itulah jadi santapan  makanan mereka.

Dari cerita yang berkembang akhirnya coban itu dinamakan Coban Kodok.  Tapi saat saya kesana tak menemukan seekor kodokpun yang nongol disekitar area coban. Mungkin kodok-kodok itu takut ya dijadikan santapan kami?

3. Coban Sari

Coban ketiga yang saya kunjungi adalah Coban Sari.  Coban ini merupakan titik pertemuan antara aliran Coban Susuh dan Coban Kodok. Airnya bening dan lokasinya landai sehingga sangat cocok untuk tempat istirahat, sholat dan makan.

Di Coban Sari ini memungkinkan pengunjung untuk berbasah-basahan.  Sebab lokasinya aman dan nyaman. Air yang menggerojok dari ataspun tidak terlalu besar serta ada space untuk bermain air.  Juga sungai yang ada di sekitar cobanpun sangat welcome dan familiar.

Dari Coban Kodok ke Coban Sari  tak terlalu jauh.  Hanya butuh waktu sekitar 45 menit saja.  Tentu  untuk menuju lokasi, kami harus melewati hutan. Disini kami bisa santai menikmati alam sambil mendengar irama musik air  plus hijaunya pepohonan. Dunamakan Coban Sari karena  nyaman suasananya…

4. Coban Tangkil

Namanya unik sekali kan?  Tahu kan yang disebut Tangkil? Kalau gak tahu saya infokan ya.  Tangkil itu salah satu alat bertani yang menyerupai cangkul tapi berukuran lebih kecil.  Fungsinya untuk membersihkan tanaman liar disekitar kebun atau sawah.

Terus kaitannya dengan nama coban apa ya?  Guide pun menjelaskan, dulu sebelum coban ini tak bernama, penduduk sekitar menemukan satu peti. Setelah dibuka ternyata berisi alat pertanian berupa Tangkil.  Peti tersebut ditemukan tak jauh dari coban. Hingga coban tersebut dinamakan Coban Tangkil.

Untuk menuju Coban Tangkil kurang lebih satu jam dari Coban Sari.  Trekingnya lumayan karena harus naik turun bukit.  Bahkan melewati aliran sungai dengan bebatuan yamg cukup besar.  Saat kami melewati bukit ada longsoran batu-batu gede dari atas.  Ini membuat kami lebih berhati-hati.  Juga menyeberang jembatan bambu yang hanya cukup untuk jalan satu orang saja karena kondisi jembatan yang agak mengkhawatirkan.  Saya menamakan jembatan tersebut Jembatan Ayug-ayug,  karena selalu bergoyang saat kaki melangkah.  Haha…

Secara fisik Coban Tangkil sungguh memikat.  Tingginya kurang lebih 30 meter dengan tebing seakan berwarna putih menjulang ke atas.  Sayangnya debit air tak sederas ketiga coban yang sebelumnya. Ini karena airnya mengalir terpisah dan terbagi ke beberapa air terjun kecil disamping kiri dan kanannya.

Tapi jangan kuatir ya,  pemandangannya tetap asri dan indah kok,  tak kalah dengan coban lainnya. Bebatuan besar menghias sudut coban.  Kalau buat narsis keren banget dengan background Coban Tangkil yang tinggi…

5. Coban Ani-ani

Dari 5 coban yang saya jelajahi, Coban Ani-ani termasuk yang lumayan ekstrim jalurnya. Meski cobannya tak terlalu tinggi dan secara sudah kelihatan didepan mata,  tapi tidak mudah menjangkaunya. Kok bisa?

Ada 3 pilihan jalur untuk menuju ke coban tersebut. Pilihan pertama melalui jalur sungai.  Meski hanya membutuhkan waktu 5 menit tapi harus turun ke sungai yang dalamnya sekitar 1 meter. Jalannya licin karena usai nyemplung sungai harus melalui batu besar yang sangat licin.

Pilihan kedua,  bisa melalui celah bebatuan yang hanya cukup untuk memasukkan tubuh dengan cara mengular. Dan pilihan ketiga yakni jalur memutar yang membutuhkan waktu 10 menit. Naik ke dataran agak tinggi lalu turun menuju coban Ani-ani. Tinggal mau pilih yang mana?

Aliran coban tak terlalu besar.  Terlihat jelas dibalik air terjun ada sebuah goa. Tapi saat Maul sang guide ditanya, sepertinya enggan untuk menjawab.  “Saya tidak tahu”, jawabnya. Mau tanya lebih lanjut,  sang guide seakan memberi kode ada sesuatu yang nyrempet-nyrempet horor gitu,  jadi ya sudah… Bismillah saja..

Nah tentang Coban Ani-ani ini berkaitan juga dengan penemuan alat pertanian disekitar coban. Ani-ani adalah nama alat untuk memotong padi di sawah dalam Bahasa Jawa.  Nah karena di lokasi coban ditemukan banyak ani-ani,  karena itu dinamakan Coban Ani-ani.

Itulah lima coban di Malang yang bisa dinikmati “lunas” dalam sehari. Oya untuk menuju lokasi loket coban harus mengendarai motor atau mobil pribadi.  Karena menuju pintu  masuk coban tersebut belum ada akses angkutan umum.

Gimana, siap sehari menuju coban-coban tersebut?

Leave a Comment