Berkunjung ke Bukit Rhema yang Keren
“Bila mendengar sesuatu hanya berbekal “katanya” buatku tak cukup. Harus benar-benar tahu dan membuktikannya” ~nyk_mlg~
Wah…apa ada diantara kalian yang sering penasaran dengan suatu hal atau suatu tempat? Seringkali terdengar “katanya” disana itu begini begitu. Atau owh itu ya, “katanya” kok seperti itu. Kata “katanya” mengandung suatu ketidakpastian.
Berdasar itu pula kadang aku memutuskan ikut ke suatu tempat untuk membuktikannya. Seperti saat aku bersama sahabat Rainbow ke Bukit Rhema yang ada di Magelang Jawa Tengah.
Pernah dengar kan nama Bukit Rhema? “Katanya” banyak orang, ada bangunan mirip ayam ada disana. Penasaran dong aku, kok ada bangunan unik di ketinggian bukit? Bangunannya mirip ayam jago.
Di bukit tersebut juga pernah jadi tempst shooting film. Ketika ada rencana RM kesana, akupun ikutan daftar untuk menjawab segala keingintahuan. Yuk simak terus ya…
Di beberapa artikel wisataku, aku sering jalan-jalan bersama Rainbow Moms. Masih ingat kan dengan RM? Yaa…sekumpulan emak-emak yang punya hobi sama yakni melakukan perjalanan wisata saat hari libur.
Seperti biasanya sebelum hari H, planning dan prepare ini dan itu udah fix. Jadilah hari itu kami berkumpul di stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Lha, padahal yang dituju kan Bukit Rhema di Magelang?
Lumayan lho Jarak Jogja ke Magelang yang ditempuh kurang lebih 2 jam. Iya sih…tapi kami sepakat menginap di sebuah guest house di Jogja. Sebab kali ini kami akan mengunjungi juga beberapa tempat wisata di Jogja.
Setelah menyimpan ransel dan juga koper di guest house, aku dan sahabat RM mulai eksplor ke Magelang yakni ke Bukit Rhema. Serunya kami tidak sewa mobil untuk kesana, melainkan bermotor ria dengan 7 unit motor. Woww…
Kami sengaja sewa motor karena Jogja, tahu kan… kalau weekend macet. Jadi sekali-kali pengen yang berbeda. Setiap motor dinaiki 2 orang. Ya kami saling berpasangan, so bisa gantian kalau kami lelah. Haha…sedikit nekad ya karena diantara kami rerata berusia diatas 40 tahun. Hmm…
Motor sewa itu kami ambil di stasiun Lempuyangan dengan harga bervariasi. Kalau gak salah antara 60 ribu hingga 80 ribu. Tergantung dari merk dan tipe motor, manual atau metik. Fasilitas pastinya dilengkapi helm dan jas hujan.
Tak lama mulailah kami membelah kota Jogja menuju Magelang. Perjalanan antarprovinsi kan ya? Wuihhh kalau ingat saat itu rasanya kok gak percaya kami semua yang emak-emak kuat motoran seharian. Hehe benar-benar mengesankan lho…
Hanya berbekal google maps kami menuju kota Magelang. Untung ya jaman now kan serba canggih. Asal kita tahu menggunakan perangkat pintar macam smartphone semua bisa diatasi. Ya kan? Dan untungnya diantara kami melek tentang google maps. Hehe
Awalnya kami mengikuti jalan poros Jogja-Magelang. Jalannya mulus, lurus dan ramai. Tentu kami lebih mengutamakan keselamatan jadi ya motorannya slow but sure. Yang penting tiba ditujuan dengan selamat.
Oya kami berangkat pagi sekitar pukul 08.00. Memasuki kota Magelang jalan agak berkurang keramaiannya. Ternyata banyak kendaraan yang dibelokkan arah ke jalan alternatif karena RI 1 ada kunjungan kerja ke kota ini. Jadi lumayan membantu kami bisa mempercepat laju motor. Jalan agak longgar sih, hehe…
Akhirnya kami melewati jalan perkampungan untuk menuju Bukit Rhema. Lewat jalan-jalan kecil yang tak mulus. Hehe…Beruntung sahabat RM piawai naik motor. Jadi tak ada hambatan dan melaju terus.
Sekitar pukul 10.00 kami tiba di sebuah tempat parkir. Tertulis parkir motor dan mobil menuju Bukit Rhema. Owh ternyata untuk menuju tekape tidak boleh membawa kendaraan. Terus gimana dong bisa sampai ke bukit itu?
Sebelum naik menuju Bukit Rhema, kami rehat sebentar di tempat parkir sambil minum dan nyemil di kantin. Lumayan kan nunut rehat sembari cari-cari info. Hehe emak-emak gitu lho…
Ternyata untuk bisa ke Bukit Rhema ada 2 cara yakni dengan jalan kaki melewati tanjakan. Sedangkan cara kedua kita bisa naik jeep secara berombongan berbayar 7 ribu per orang. Karena ingin santai sambil menikmati keindahan alamnya, kami memilih untuk berjalan kaki.
Luar biasa lho sahabat RM yang penuh semangat ini. Cucok disebut wonder woman kan? Kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju bukit yang konon keren view nya. Semangat…semangat..
Wowww…ternyata benar-benar menantang perjalanannya. Meski di kanan kirinya pepohonan hijau, kami merasa gerah dan kepanasan. Peluh menetes karena jalan menanjak. Ekstra tenaga ya, haha. Jadi nyesel kenapa tadi gak naik jeep?
Tapi tak lama kok kira-kira antara 10 menit kami sudah tiba di Bukit Rhema dengan ciri khas bangunan berbentuk Ayam. Kami lega dong pastinya. Sambil menarik nafas kami istirahat sebelum masuk ke bangunan unik itu. Apa saja di dalamnya, lanjut bacanya yaa..
Bukit Rhema yang memiliki ketiggian sekitar 1500 mpdl ini berhawa sejuk. Lokasinya tak jauh lho Candi Boeobudur. Saat berada di bagian atas bangunan yang sering dianggap gereja, kita bisa melihat panorama yang bagus sekali.
Di Bukit Rhema ini memang ada bangunan yang mirip ayam. Penduduk sekitar menyebutnya gereja Ayam. Tapi konon menurut penduduk setempat, sebenarnya bukan sebuah gereja. Karena siapa saja boleh datang dan melihat bangunan itu.
Bangunan yang dianggap gereja ini pun tidak memiliki jemaat. Jadi? Ya memang bukan gereja tapi sebuah tempat untuk siapa saja, agama apa saja yang ingin berdoa disini. Seperti wisata religi gitu. Doa dan harapan kita tulis di secarik kertas dan ditempelkan pada dinding yang sudah disiapkan.
Bangunan ini didirikan oleh seorang pengusaha yang awalnya untuk penanganan korban narkoba. Memiliki ruang pertemuan yang cukup luas. Ada juga ruang doa, kantin, toko souvenir dll. Di lantai atas ada banyak lukisan hasil dari para korban narkoba yang ingin bertobat. Ada 4 lantai dengan fungsi yg berbeda.
Di bagian atas atau mahkota ayam kita bisa melihat pemandangan indah. Bisa bernarsis berlatar belakang hijaunya alam. Kerenlah pokoknya.
Nah jadi ada gambaran kan Bukit Rhema tuh seperti apa? Kalau penasaran sila setelah aman masa pandemi covid 19, bisa jalan-jalan kesana. Yukkk…